How To beat TOEFL

Ahmad Syamil
(salah seorang dosen Indonesia yang pernah melanjutkan kuliah di Amerika Serikat)

Dengan hormat,

Bersama ini saya turunkan edisi terbaru "kitab pusaka" ilmu menaklukkan TOEFL dan GMAT susunan saya sendiri. Mohon maaf, kitab pusaka ini - yang saya tulis bertahap sejak di tanah Jawa – disusun dengan gaya bahasa seenaknya. Saya susun terutama untuk mereka yang mendapatkan undergraduate di Indonesia dan berminat untuk melanjutkan sekolah ke salah satu program MBA di USA. Jika Anda tidak bermaksud mengambil GMAT tapi GRE, pembahasan mengenai GMAT pun tetap bermanfaat bagi Anda karena ada kemiripannya. Selain itu, penerbit yang bukunya saya sarankan untuk dibeli guna menghadapi GMAT, juga menerbitkan buku yang baik untuk menghadapi GRE pula. Seandainyapun Anda hanya bermaksud untuk mengambil TOEFL saja tanpa mengambil GMAT ataupun GRE, saya tetap berharap agar bagian GMAT dari kitab pusaka ini bermanfaat bagi orang lain. Dilain pihak, keseluruhan bab mengenai TOEFL dan beberapa penjelasan lainnya barangkali tidak relevan bagi yang telah mendapatkan undergraduate di USA.

Kritik dan saran asalkan bukan makian akan diterima dengan senang hati. Lain waktu akan saya edit kembali. Alamat lengkap saya dapat dilihat pada halaman ....

I. TOEFL

Buku pelajaran TOEFL yang paling luas pemakaiannya di Indonesia adalah dari Barron: How to Prepare for TOEFL. Seorang rekan dari lulusan sebuah sekolah di Bandung yang bekerja di Bappenas mampu mencapai nilai 620 dengan memakai buku ini. Bagaimana cara dia belajar? Ia menghafal mati pola-pola strucure yang terdapat pada buku ini! Buku itu sebetulnya disusun untuk orang yang sudah rada canggih Bahasa Inggris nya. Untuk jelasnya, silahkan Anda baca sendiri kata pengantarnya.

Buku Barron mengajar para pembacanya dengan memberikan puluhan pola-pola structure yang harus diketahui para pembaca. Dilanjutkan dengan contoh kalimat yang benar serta contoh kalimat yang salah tanpa penjelasan yang mendalam. Seandainya Anda sudah mempunyai dasar bahasa Inggris yang cukup bagus, buku dari Barron (dan juga beberapa buku TOEFL lainnya yang menggunakan pola pengajaran yang sama) cukup baik Anda pelajari karena pola-pola ini akan mengingatkan kembali pada hal-hal "remeh" yang Anda lupakan.

Sebaliknya, jika Anda tidak mempunyai dasar bahasa Inggris yang baik, ketika Anda membaca buku ini, kepala Anda akan terangguk-angguk: betapa mudahnya balajar TOEFL, kita hanya disuguhi pola-pola structure belaka. Akan tetapi, ketika Anda menginjak pola yang ke 30, kemungkinan besar Anda sudah melupakan pola 1 sampai dengan 10! Buku ini, menurut saya, bersifat mengingatkan tapi kurang memberikan pengertian pada para pembacanya.

Jika Anda mempunyai TOEFL awal (tanpa belajar) sekitar 500, sebaiknya Anda memakai buku dari Cliffs: TOEFL Preparation Guide. Saya sendiri memakai buku Cliffs. Seorang karyawati BDN tamatan sebuah perguruan tinggi Bandung, mampu mencapai nilai 643 dengan buku Cliffs ini. Ketika saya tanya apa rahasianya, jawabnya: "Saya suka dan terbiasa membaca novel berbahasa Inggris sejak lama!" Seorang lulusan STAN mampu mendapatkan nilai 667 (!) ... karena ketika ia masih kecil ia sudah dibiasakan berbahasa Inggris. Hal yang sama juga terjadi pada seorang mahasiswa undergraduate bidang political science di University of Houston.

Jika dasar pengetahuan bahasa Inggris Anda kurang bagus (nilai TOEFL sekitar 400-an), sebaiknya Anda memakai buku berjudul Building Skill for TOEFL terbitan Nelson atau Bina Rupa Aksara (khusus hak edar Indonesia). Di Indonesia, belilah sekaligus dengan kaset dan kunci bahasannya. Jika Anda membeli bukunya terlebih dahulu, belum tentu Anda dapat membeli kasetnya secara terpisah di kemudian hari.

Buku Preparation Course for the TOEFL terbitan Longman dengan pengarang Deborah Phillips cukup bagus juga untuk dipertimbangkan membelinya. Susunan buku ini mirip sekali dengan buku terbitan Binarupa Aksara. Sayangnya, buku Longman ini cukup sulit Anda temui di Indonesia.

Omong-omong, kenapa sih saya menulis kitab pusaka ini? Saya melihat beberapa orang yang sudah belajar keras menghadapi TOEFL, akan tetapi TOEFL nya nggak bisa naik. Hal yang sama pernah terjadi
pada saya! Saya pernah kursus TOEFL dan saya tidak mendapatkan hasil dari tempat kursus tersebut. Tempat kursus tersebut, seperti lazimnya tempat kursus di Indonesia, memakai buku Barron sebagai buku pegangan utamanya. Bukannya nilai saya naik, tapi nilai saya turun. Padahal, menurut saya, sayalah peserta kursus yang paling rajin sedunia!

Kalau murid sudah rajin, tapi tidak bisa juga, satu atau beberapa kemungkinan dibawah ini dapat terjadi:
1. Muridnya bloon.
2. Gurunya kurang cerdas.
3. Metoda pengajaran sang guru tidak tepat.
4. Metoda belajar sang murid nggak benar.

Untuk kasus saya, saya menganggap no. 1 dan 2 tidak mungkin terjadi. Kemungkinannya adalah 3 & 4. Saya nggak mungkin mengubah no. 3 secara revolusioner demi kepentingan saya ... siapa sih saya ini? He, he, he ... Karena itulah, saya berusaha menemukan sendiri no. 4: metoda belajar yang cepat dan cocok untuk saya. Seorang guru pernah menjadi seorang murid. Akan tetapi, ketika ia menjadi guru, ia lupa melupakan cara berpikir seorang murid. Jadi, jangan heran jika banyak guru pintar yang tidak bias mengajar.

Saya mempunyai banyak buku TOEFL. Setelah membandingkan isinya, akhirnya saya memutuskan untuk memakai buku Cliffs. Saya memakai buku Cliffs karena buku inilah yang memberikan pelajaran mengenai structure secara mendetail. Saya tidak memakai buku dari Nelson/Binarupa Aksara karena, menurut saya, kita harus mengerjakan latihan bagian per bagian jika kita ingin menguasai structure melalui buku ini. Di lain pihak, kita tidak perlu mengerjakan latihan bagian per bagian jika kita ingin menguasai structure melalui buku Cliffs. Walaupun demikian, bukan berarti latihan soal tidak penting... seorang pemain basket yang mahir, tidak cukup hanya dengan membaca buku teori saja. Metoda latihan saya akan Anda jumpai juga dalam kitab pusaka ini.

Cara saya belajar dengan memakai buku Cliffs mudah-mudahan pas pula buat Anda. Di halaman muka dari buku Cliffs, Anda dapat menemukan petunjuk pemakaian / cara belajar dengan memakai buku Cliffs. Akan tetapi, saya tidak memakainya karena metodanya nggak pas buat saya, ... kurang cepat.

Metoda belajar saya didasari atas tiga pemikiran:
1. Bagaimana menguasai structure/grammar secara cepat.
2. Bagaimana kita belajar dari kesalahan yang kita buat.
3. Berusaha mengerti daripada sekedar menghafal.

Nomer 3 penting buat saya karena:
1. Saya percaya, kita mempunyai daya ingat yang terbatas.

Misalnya saat ini otak kita menyimpan 1.000 data (baca: 1.000 hafalan). Kita masukkan lagi 500 data. Belum tentu otak kita kemudian menyimpan 1.500 data. Kenapa? Ada kemungkinan 200 atau 300 data yang sebelumnya kita simpan akan hilang. Jadi total data yang baru adalah 1.300 atau 1.200 saja.

2. Kalau kita berusaha mengerti, jika kita terlupa, dengan mudah kita akan dapat menggali pengertian/informasi yang sudah kita pelajari sebelumnya hanya dengan melihat kembali informasi tersebut sekilas saja. Lebih lanjut lagi, kita dapat menggali informasi yang kita lupakan dengan melihat dan mengorelasikannya dengan informasi lain.

Ada satu hal lagi yang perlu Anda catat : janganlah Anda minder ketika menghadapi seseorang yang mempunyai oral ability yang tinggi. Belum tentu ia mampu mencapai nilai TOEFL yang tinggi. Kenapa demikian? Karena ia belum tentu mempergunakan kaidah bahasa Inggris yang baku. Sebaliknya, orang yang memiliki writing ability yang baik, kemungkinan besar ia mampu mendapatkan nilai TOEFL yang tinggi.


I.A. STRUCTURE AND WRITTEN EXPRESSION

Saya menekankan struktur (Section II dari TOEFL) sebagai bagian yang paling penting dari dua bagian lainnya. Section I, II, dan III berturut-turut terdiri dari 50, 40, dan 60 soal untuk short version. Karena nilai maksimum per section hampir sama (berturut-turut: 68, 67, dan 67 menurut Cliffs), mudah dimengerti bahwa kesalahan pada satu soal pada Section II akan lebih besar pengaruhnya terhadap total nilai dibandingkan kesalahan pada section yang lain.

Mengenai pentingnya penguasaan grammar / structure, dapat juga diilustrasikan sbb: Jika Anda tidak mengerti macam-macam bentuk conditional (if), Anda tidak akan dapat memberikan interpretasi yang benar ketika soal jenis ini muncul pada Section I atau Section III. Bagaimana cara belajar struktur?

Pertama, pelajari teori struktur bagian perbagian secara berurutan hingga mengerti. Tandai seluruh kata yang tidak Anda ketahui artinya. Terjemahkanlah setelah selesai per bab, jangan menerjemahkan per kata setiap saat Anda menjumpai kata yang sulit.

Mohon dibedakan antara membaca untuk sekedar tahu dan membaca untuk belajar. Jika Anda membaca hanya sekedar untuk tahu, tentunya Anda tidak perlu tahu arti seluruh kata yang tidak Anda ketahui. Manfaat kerajinan Anda dalam menerjemahkan juga akan Anda rasakan ketika menghadapi Section III. Exercise perbagian bisa ditinggalkan terlebih dahulu.

Misalkan saja sekarang Anda sudah belajar mengenai noun sampai mengerti, kemudian melanjutkan ke bab selanjutnya, misalnya mengenai pronoun. Waktu Anda belajar pronoun, ternyata pelajaran mengenai noun Anda lupa lagi: Cuek saja. Yang penting, sewaktu membaca bagian noun tersebut, Anda sudah mengerti. Dengan cara ini, Anda hanya membutuhkan waktu 5 hari untuk mempelajari stuktur.

Kalau lebih ngebut lagi, barangkali hanya butuh waktu 3 hari. Selanjutnya, kerjakan TOEFL Model Test I Section II saja. Setelah selesai, janganlah melihat explanatory answer terlebih dahulu. Tapi, ceklah hanya dengan kunci jawabannya saja. Tandai jawaban mana yang benar dan mana yang salah. Periksa kembali pekerjaan Anda. Usahakan mengerti sendiri kenapa jawaban tersebut salah. Jika belum mengerti juga, cobalah membuka kembali teori struktur yang telah Anda pelajari di muka. Disinilah enaknya kita memakai buku Cliffs: Pada setiap kunci jawabannya, terdapat juga angka yang merujuk pada nomer halaman dimana kita dapat menemukan teori untuk mengatasi soal yang bersangkutan.

Jika Anda membaca ulang teori dari problem yang bersangkutan, tapi Anda belum mengerti juga, barulah Anda dengan terpaksa mempelajari bagian explanatory answer. Kalau sudah menyelesaikan Model Test I Section II, janganlah tergesa-gesa untuk berpindah ke bagian Listening (Section I) atau Vocabulary and Reading Comprehension (Section III), akan tetapi kerjakan segera TOEFL Model Test II Section II. Rasakan kemudahan dalam menjawabnya dibandingkan ketika pertama kali berlatih.


I.B. LISTENING

Biasanya, orang yang nilainya jatuh pada bagian ini (Section I) memberikan alasan sebagai berikut: " Saya tidak mengetahui arti kata yang diucapkan ". Menurut saya, alasan ini adalah tidak tepat. Yang terjadi adalah: "Saya tidak tahu bunyi kata yang diucapkan". Dengan kata lain: " Saya gagal mengidentifikasi kata apa yang diucapkan. " Kenapa demikian? Jika Anda membaca (bukan mendengar) listening script dari Section I, maka saya yakin Anda akan mengetahui arti kata atau kalimat tersebut sekitar 95 - 100%. Masalahnya adalah: Anda tidak terbiasa mendengarkan orang bercakap-cakap dalam bahasa Inggris.

Buku yang paling baik untuk mempelajari bagian ini adalah Building Skill for TOEFL terbitan Nelson/Bina Rupa Aksara ataupun Preparation Course for TOEFL dari Longman. Pada dua buah buku tersebut, Anda dilatih setahap demi setahap, khususnya mengenai identifikasi suara. Buku dari Barron cukup jelas pula dalam memberikan kemungkinan tipe soal yang muncul pada section ini, walaupun hanya secara tertulis. Pada akhirnya, buku apapun asalkan disertai kaset, tidak akan menjadi masalah asalkan Anda mengetahui cara belajarnya.

Kalau Anda sudah di USA, bermanfaatkah televisi berbahasa Inggris untuk meningkatkan kemampuan listening kita? Ya! Akan tetapi, berlatih dengan kaset TOEFL akan jauh terasa manfaatnya. Kemampuan Anda dalam mengidentifikasi kalimat di televisi sebetulnya dibantu oleh gambar di televisi ataupun gerakan mulut pembicara. Dengan kata lain, "tidak murni" listening. Tambahan lagi, kaset TOEFL selalu memberikan rangsangan berupa pertanyaan yang harus dijawab. Tidak demikian halnya dengan televisi.

Usahakan mendapatkan nilai yang setinggi-tingginya dari bagian A dan B karena bagian C cukup panjang dan cukup sulit untuk dimengerti. Sewaktu Anda mendengarkan cerita di bagian C, usahakan untuk memikirkan struktur cerita. Hal ini sangat membantu Anda untuk mengerti cerita secara keseluruhan.

Selain itu juga, saya sama sekali tidak menyarankan Anda mempergunakan head phone dalam belajar. Kenapa demikian ? Di Indonesia, sewaktu ujian Anda tidak akan menemukan head phone barang satu biji pun!

Beginilah cara mempelajari Section I. Pertama, putar kaset berisi TOEFL Model Test I Section I. Kerjakan soal-soal pada Section I seperti lazimnya kita ujian TOEFL biasa. Setelah selesai, cocokkan dengan kuncinya. Jika salah, tandai jawaban mana yang benar. Kemudian, dengar kembali kaset tadi dari awal per nomer soal tanpa melihat bagian Listening Script terlebih dahulu. Ulangi kembali mendengarkannya jika Anda belum dapat mengidentifikasi suara-suara yang diucapkan dan belum mengetahui jawaban mana yang benar.

Pada tahap awal, di soal yang sulit, barangkali Anda perlu mengulanginya hingga 6 kali per nomer soal sebelum dapat mengidentifikasikannya secara tepat. Jadi, Anda tidak mengulanginya sekaligus, tapi pernomer soal. Tentunya, lebih baik jika Anda memiliki tape player yang memungkinkan Anda untuk me rewind tanpa harus menyetop kasetnya terlebih dahulu. Kemudian, jawablah pertanyaan yang diajukan. Setelah itu, ceklah kalimat yang Anda anggap tepat berdasarkan "pendengaran" Anda tadi dengan kalimat pada Listening Script.

Jika sudah mendengarkan berulang-ulang tetapi Anda belum juga mampu mengidentifikasi suara-suara yang diucapkan ataupun belum mengetahui jawaban mana yang benar, barulah Anda dengan terpaksa membuka Listening Script dan memperhatikan hanya pada nomer soal itu saja. Buka kamus jika perlu. Lakukan hal ini hingga seluruh soal selesai.

Waktu pertama kali melakukannya, Anda bisa menghabiskan waktu tidak kurang dari 3 jam untuk mengulang-ulang satu sisi kaset saja. Setelah itu akan berkurang drastis hingga 1 jam saja karena kemampuan Anda sudah meningkat. Kalau Anda sudah melakukannya petunjuk diatas untuk TOEFL Model Test I Section I, lanjutkan segera dengan mengerjakan TOEFL Model Test II Section I. Rasakan kemudahannya dibanding ketika mengerjakan Test I dan nikmatilah subscore yang lebih tinggi !


I.C. VOCABULARY AND READING COMPREHENSION

Jika saya menekankan Section II (Structure and Written Expression) sebagai konsentrasi belajar saya, maka saya menekankan Section III (Vocabulary and Reading Comprehension) sebagai tempat saya mencari nilai. Untuk bagian ini, terus terang saya tidak menemui kesulitan sama sekali. Dua kali berturut-turut, nilai TOEFL saya untuk section ini adalah 67. Cara belajarnya nggak aneh-aneh. Sering seringlah membuka kamus ketika membaca bacaan berbahasa Inggris. Kalau Anda mengetahui arti dari seluruh kata yang terdapat pada buku Barron atau Cliffs, Hal itu sudah Lebih dari pada cukup.

Akan tetapi, ada juga orang yang lebih suka menghafal sederet atau sekumpulan kata-kata yang tidak ketahuan ujung pangkalnya. Menurut saya, cara ini tidak efektif. Dengan cepat kita akan melupakannya lagi karena kita tidak mengetahui konteks pemakaian kalimat ini. Lagipula, saya merasa kasihan pada diri saya jika saya harus banyak menghafal.

Bagi saya, tulisan dalam artikel majalah, apalagi novel, lebih sulit untuk mengartikan kosa katanya jika dibandingkan dengan text book. Beberapa orang malahan berpendapat sebaliknya. Bagaimana menurut Anda sendiri?

Seorang teman menambah perbendaharaan kata dengan menulis kata-kata yang tidak diketahuinya dalam sepucuk kertas. Satu kertas untuk satu kata yang tidak diketahui. Selain menulis padanan kata, ia juga menulis turunan kata tersebut, misalnya bentuk adjective-nya. Ia menghafal kata-kata tersebut diwaktu senggang. Setiap orang memiliki metodanya sendiri-sendiri. Kalau Anda ingin meningkatkan vocabulary Anda secara sistimatis, buku yang terbaik adalah buku yang berjudul Word Smart dari Princeton Review.


I.D. BEBERAPA KIAT DALAM BELAJAR TOEFL

I.D.1. Kaset TOEFL yang sudah pernah Anda jawab soal-soalnya, jangan lupa untuk sering memutarnya; misalnya waktu Anda lagi membereskan kamar, menjelang tidur, ngelamunin pacar, dsb. Cara belajar ini adalah cara belajar paling malas yang pernah saya temukan! Pokoknya, Anda hanya mendengar untuk membiasakan saraf telinga Anda saja. Terserah Anda hendak berpikir atau tidak. Kalau Anda ingin bepikir sedikit, coba pulalah untuk mengulang kalimat tersebut atau menjawab dalam hati. Jadi, yang namanya belajar itu nggak cuma di meja belajar saja.

Cukup menyedihkan melihat kenyataan bahwa teman-teman yang meminta kitab pusaka ini jarang sekali yang berniat untuk mempraktekkan cara belajar termalas ini. Padahal cara belajar ini sama sekali tidak memerlukan waktu khusus. Jadi, masalahnya bukan gurunya yang salah, tetapi muridnya yang salah.

I.D.2. Usahakanlah untuk sering mengarang dalam bahasa Inggris.
Cukup yang sederhana saja, misalnya: kegiatan Anda sehari-hari, cita-cita, riwayat hidup, dsb. Hal ini sangat membantu untuk menguasai TOEFL, apalagi jika ada TWE (Test of Written English).

I.D.3. Walaupun Anda memiliki banyak buku TOEFL, untuk menghadapi Section II sebaiknya Anda hanya mempelajari 1 buah buku sebagai buku pegangan utama. Buku lain boleh Anda pakai, tapi hanya sebagai buku pendamping saja. Kenapa demikian? Dalam kasus ini, bagi saya pribadi, mendalami seluruh isi suatu buku secara tidak sadar berarti juga mendalami: urutan penyajian buku itu, hal apa saja yang yang menjadi penekanan dari penulis, cara berpikir sang penulis, dan sebagainya. Jika saya mempelajari seluruh isi buku lainnya secara bersamaan, dapat dibayangkan betapa berat beban untuk meramunya.

I.D.4. Jangan pula dilupakan, buku Cliffs ataupun buku TOEFL lain edisi terbaru sudah ada bagian TWE -nya. Di Shopping Centre kota Yogya, harga buku Cliffs hanya Rp 11.000 saja termasuk kaset - kasetnya. Di Toko Buku Gramedia Bandung harganya mencapai Rp. 23.000. Di TB Gunung Agung di Jln. Kwitang (dekat Proyek Senen), harganya mencapai Rp.28.000. Di perpustakaan yang besar, buku ini juga tersedia.

I.D.5. Saya juga punya buku + kaset TOEFL dari ETS. Cukup bermanfaat sebagai latihan, tapi tidak bermanfaat sebagai buku pedoman, karena teori-teori nggak diberikan disini, langsung soal dan penjelasan jawaban. Dari jawaban dan penjelasan tersebut, khususnya pada bagian Understanding TOEFL kita bisa tahu filosofi para pembuat soal TOEFL. Cek, cek, cek, ... (Filosofi itu apa sih ?!)


I.E. KIAT MEMILIH TEMPAT UJIAN TOEFL.

Selain letak dan jarak, satu faktor mutlak yang harus Anda pertimbangkan, dalam memilih tempat ujian TOEFL adalah: seberapa baik sound system tempat itu. Tempat test terbaik di Jakarta yang pernah saya ketahui dari seorang teman adalah Jakarta International School dekat Pondok Indah. Sound system yang apik dan ruangan yang cukup kecil (ukuran satu ruang kelas sekolah), membuat suara cukup jelas di dengar.

Saya sendiri pernah tes di Gedung Manggala Wana Bakti (Departemen Kehutanan), Slipi, Jakarta. Ruangan sangat besar (muat untuk 400 orang), demikian pula dengan speaker yang sebesar gajah; hasilnya membuat suara bergema. Jika Anda terlanjur mendapat tempat tes ini, janganlah kuatir ! Agar Anda terbiasa dengan kondisi sound system disana, ketika Anda belajar Section I, keraskan nada bas tape Anda !

Jika Anda tes di Uninus Bandung, konon kabarnya, supaya terbiasa, Anda harus belajar TOEFL dalam suasana yang ribut ! Jika Anda tes di PPIA Jakarta, siapkanlah pakaian hangat. AC - nya nggak bisa dikecilkan ! Karena itu, jika Anda ingin mendapatkan tempat tes yang baik, bergegaslah mendaftar !



II. GMAT (GRADUATE MANAGEMENT ADMISSION TEST)

Buku GMAT yang harus dimiliki adalah sbb:

1. Offical Book for GMAT Review dari ETS (Educational Testing Service), penyelenggara GMAT yang berlokasi di kota Princeton, New Jersey, USA.

2. Cracking the System: The GMAT dari Princeton Review (tidak ada hubungannya dengan ETS).

Gunakan buku no. 1 sebagai sumber latihan soal dan buku no.2 sebagai sumber strategi. Buku no. 2 adalah buku terbaik mengenai strategi menghadapi GMAT. Pengarangnya adalah Geoff Martz, dkk. Seluruh pengarangnya berasal dari lulusan universitas ngetop:
Princeton, Columbia, Oxford, Wharton (University of Pennsylvania), Dartmouth, dsb. Di USA, silahkan Anda mencari buku ini di Walden Book Store. Sayang sekali, buku "sakti" Cracking the System sulit didapatkan di Indonesia. Jika tidak memiliki buku nomer 2, buku dibawah ini sebaiknya Anda miliki:

Supercourse for GMAT, Thomas H. Martinson, ARCO.

Ada 2 buku GMAT terbitan ARCO yang dikarang oleh Thomas. H. Martinson (lulusan Harvard Law School). Tapi, hanya satu yang berlabel Supercourse; dan itulah buku paling komplit mengenai GMAT walaupun agak bertele-tele. Di Toko Buku (TB) Gramedia Blok M Anda dapat menjumpai buku GMAT dari Arco ini. Verbal dan Mathematics Review diberikan disini. Harganya sekitar Rp 50.000. Saat ini, buku ini sudah mencapai edisi ke

3. Sudah punya Official Guide for GMAT Review atau belum? Buku ini memberikan mathematics review yang cukup bagus, walaupun untuk bagian verbal hanya diberikan soal dan penjelasan saja. Buku ini wajib Anda miliki. Dahulu, harganya $ 12. Silahkan beli melalui IIE (Institute of International Education) di Lippo Centre, Jln. Gatot Subroto (dekat Gedung Patra) atau ETS di Princeton (New Jersey) jika Anda di Amerika. Kalau habis, silahkan fotokopi dari saya.

Buku GMAT dari Cliffs (yang kurang menyeluruh dalam memberikan teori) tersedia di TB Triad, Jln. Purnawarman Bandung. Di TB Triad Jakarta juga ada. TB Triad dan beberapa toko buku lainnya di kota Bandung (misalnya Insulinde, Intervarsity, dll.) sanggup mencarikan buku dari penerbit asalnya, jika Anda tidak mampu menjumpainya di Indonesia. Dibandingkan dengan toko buku di kota-kota lainnya, toko buku di kota Bandung yang saya sebutkan di atas jauh lebih lengkap koleksinya untuk buku-buku serius. Perhatikan juga ciri buku GMAT edisi baru: bagian critical reasoning harus ada, karena analysis of situation tidak keluar lagi pada GMAT akhir-akhir ini.

Buku GMAT dari Barron banyak sekali kesalahannya terutama pada bagian sentence correction. Lagi pula, bagian matematikanya terlalu mudah dikerjakan. Buku GMAT dari Barron sudah dicetak hingga edisi ke 8. Akan tetapi, saya lebih suka menyebutnya sebagai cetakan ke 8 karena perubahan dari satu edisi ke edisi berikutnya minim sekali. Anda tidak perlu membeli buku ini, begitu juga buku dari penerbit lainnya yang bersemboyan "duit mau, mutu nanti dulu". Untuk latihan soal, sebaiknya Anda tetap memakai buku dari ETS sebagai buku utama.

Di toko buku di USA, Anda dapat menemukan berbagai software GMAT. Anda bisa juga membelinya dari ETS di USA atau IIE di Indonesia. Saya pernah mencobanya. Hasilnya, saya meragukan manfaat latihan GMAT dengan menggunakan komputer. Sebagai contoh, Anda tetap memerlukan kertas untuk coret mencoret sewaktu mengerjakan bagian kuantitatif. Untuk bagian verbal Anda tetap perlu untuk memberi tanda pada bacaan untuk mempermudah menemukan kata kunci, dsb. Hal-hal tersebut di atas belum dapat dilakukan oleh software yang ada di pasaran saat ini. Terkecuali jika Anda terlalu banyak uang, Anda tidak perlu membeli software semacam itu.

Booklet dari ETS menyatakan bahwa nilai GMAT itu mempunyai plus minus 20. Jadi, jika Anda sudah berusaha keras tapi nilai GMAT Anda hanya 400 saja, hal ini berarti lampu merah buat Anda. Dengan kemampuan yang sama, jika Anda mengambil GMAT lagi dan 400 adalah angka tengah, nilai Anda hanya bisa naik menjadi 420 atau atau malahan turun menjadi 380. Lebih sial lagi jika 400 adalah batas atas nilai Anda. Nilai Anda berikutnya bisa menjadi 360. Artinya, jika Anda ingin mendapatkan kenaikan nilai GMAT drastis, metoda belajar Anda harus dirubah total. Dengan merubah metoda belajar, seorang teman saya mampu menaikkan nilainya sebanyak 130.

Orang yang sanggup menaklukkan bagian verbal dari GMAT, pasti sanggup menaklukkan TOEFL. Kebalikannya tidak berlaku. Amat sangat jarang sekali saya melihat seseorang yang memiliki nilai GMAT diatas nilai TOEFL. Jadi, jika Anda mendapat nilai TOEFL hanya 500, ini berarti tanda bahaya buat Anda. Kemungkinan besar nilai GMAT Anda tidak akan mencapai 400! Berapakah nilai yang Anda dapatkan jika Anda hanya duduk saja, tanpa mengerjakan soal, sewaktu ujian GMAT? 200!

Walaupun Anda merencanakan untuk memasuki program MBA 2 tahun lagi, ada baiknya jika anda mengambil GMAT ketika masih di undergraduate atau selang tidak berapa lama setelah lulus dari sekolah. Nilai GMAT toh berlaku hingga 5 tahun. Data yang saya miliki menunjukkan bahwa nilai peserta GMAT yang mengambil test lebih dari 2 tahun setelah lulus dari undergradute, rata-rata 20 hingga 30 angka lebih rendah dari mereka yang masih bersekolah di undergraduate ataupun baru saja lulus. Saya yakin Anda bias memperkirakan penyebabnya.

Nilai total GMAT Anda selalu merupakan kelipatan 10, tapi nilai rata-rata seluruh peserta GMAT mungkin saja berakhir dengan bilangan 0 hingga 9. Nilai rata-rata peserta GMAT, khususnya bagian kuantitative, dari tahun ke tahun ke tahun mengalami kenaikan. Sebagai contoh, rata-rata nilai adalah 462 pada tahun 1976-1979; 486 pada tahun 1985-1988; dan tiga tahun belakangan ini telah menjadi 494. Artinya, untuk mendapatkan percentile rank yang sama, nilai Anda harus lebih tinggi dari para peserta tes sebelumnya.

Dari 200.000 lebih peserta GMAT per tahun, rata-rata 8 orang diantaranya mendapatkan nilai sempuran atau 800! Sama halnya dengan GRE, nilai GMAT Anda dari tiga test terakhir akan muncul di score report. Biasanya, perguruan tinggi di USA memakai nilai yang tertinggi, bukan nilai rata-rata.

Sebelum Anda mempelajari buku Princeton Review dan strategi dibawah ini, sebaiknya Anda berlatih mengerjakan seluruh bagian GMAT minimal satu kali terlebih dahulu. Tulisan dibawah ini tidak bermaksud untuk mengajarkan GMAT mulai dari awal. Saya hanya bermaksud memperbaiki kesalahan Anda, jika ada. Kalau Anda sudah berlatih, silahkan Anda baca pembahasan quantitative section dan selanjutnya verbal section seperti di bawah ini.


2.1. QUANTITATIVE SECTION

Banyak orang yang mengatakan bahwa bagian kuantitatif (matematika) dari GMAT adalah gampang. Pernyataan ini adalah benar tapi kurang komplit sehingga menyesatkan! Pertama, anda harus ingat bahwa nilai Anda adalah nilai relatif terhadap nilai peserta lainnya. Jadi, jika Anda menganggap bagian kuantitatif adalah gampang dan banyak orang berpikiran sama, nilai relatif Anda adalah rendah. Jika Anda hanya bisa mendapatkan nilai 60% saja untuk bagian itu, Anda harus belajar lebih keras lagi.

Kedua, karena bagian verbal tidak sulit - tapi sangat sulit-untuk dikerjakan, maka bagian kuantitatif adalah sarana untuk mengkatrol nilai total Anda. Dengan kata lain, kata "mudah" belumlah cukup. Beberapa teman saya ada yang mendapat nilai 98% untuk bagian kuantitatif. Artinya, 98% peserta GMAT di seluruh dunia mendapatkan nilai kuantitatif di bawah mereka. Merekalah yang berhak menyebut soal kuantitatif pada GMAT adalah "benar-benar mudah."

Sebelum berlatih mengerjakan soal-soal, hendaknya mathematics review berikut istilah-istilahnya (misalnya isosceles, quadrilateral, dsb.) serta petunjuk soal Anda pelajari benar-benar. Mathematics review pada buku terbitan ETS sudah cukup memadai.

Diluar dugaan saya, masih banyak rekan-rekan yang tidak mengerti maksud soal data sufficiency. Anda harus familiar dengan bentuk soal. Dalam ujian, Anda tidak boleh lagi bertanya- tanya: maksud soal ini apa sih?

Ketika Anda meneliti jawaban latihan Anda dengan mencocokkan dengan kunci jawaban, cobalah untuk mengerti sendiri kenapa Anda berbuat kesalahan. Janganlah tergesa-gesa untuk membuka pembahasan soal. Seperti pada TOEFL, cobalah kaji kembali teori di halaman muka. Jika ini tidak membantu juga, barulah dengan terpaksa Anda membuka pembahasan soal. Penjelasan quantitative section yang terdiri dari macam, yaitu problem solving dan data sufficiency, secara mendalam akan Anda temukan dibawah ini.


2.1.A. PROBLEM SOLVING

Usahakan untuk tidak kehilangan angka pada soal-soal awal, sebab soal-soal awal ini biasanya lebih mudah dibandingkan soal-soal yang ditengah/akhir. Berdasarkan data yang saya miliki, persentase peserta di seluruh dunia yang menjawab soal dengan benar pada 5 soal yang terakhir berturut-turut adalah sebagai berikut: 19%, 36%, 26%, 15%, dan 11%.

Artinya, soal soal tersebut secara kasar dipakai untuk membedakan peserta tes yang mendapatkan nilai kuantitatif diatas atau dibawah 80%. Dengan kata lain, prioritaskan waktu Anda untuk mengerjakan soal-soal sebelumnya. Kemampuan pertama yang dibutuhkan dalam mengerjakan problem solving adalah membentuk soal kalimat menjadi rumusan matematik dan selanjutnya memasukkan variabel-variabel yang diketahui untuk menemukan jawaban. Kalau Anda tidak mampu menjawabnya dengan rumusan tersebut, cobalah mencari jawaban yang benar dengan memasukkan salah satu jawaban pada multiple choice ke rumus yang Anda susun. Princeton Review menganjurkan untuk memilih jawaban dengan nilai tengah terlebih dahulu. Sebagai contoh, suatu soal mempunyai pilihan jawaban sebagai berikut:

(A) 50 (B) 40 (C) 30 (D) 20 (E)10


Pilihlah jawaban (C) terlebih dahulu. Masukkan angka 30 ini pada persamaan yang telah Anda susun. Misalkan hasil perhitungan Anda menunjukkan bahwa angka 30 terlalu besar, selanjutnya pilih angka 20. Selanjutnya ada dua kemungkinan: pilihan Anda sudah benar atau angka 20 masih terlalu besar. Jika angka 20 masih terlalu besar.

Anda tidak perlu untuk memasukkan angka 10, sebab jawabannya pasti 10. Dengan strategi di atas, Anda hanya memerlukan dua kali perhitungan saja. Jika Anda mulai dengan memasukkan angka 50, Anda harus melakukan perhitungan sebanyak 4 kali untuk menemukan jawaban yang benar di (E).

Kalau Anda tidak tahu dari mana dan mau kemana maksud soal, janganlah berputus asa, tapi, tulislah rumus dasar terlebih dahulu. Sebagai contoh, jika soal tersebut membicarakan masalah kecepatan, tulislah persamaan dasar terlebih dahulu yaitu;

Jarak = Kecepatan X Waktu.

Kemudian, masukkan variabel yang Anda ketahui. Berangkat dari situ, Anda akan terheran-heran melihat betapa mudahnya soal tersebut diselesaikan.

Seperti pada TOEFL, dalam belajar GMAT usahakan untuk tidak meloncat- loncat. Misalkan saja saat ini Anda latihan mengerjakan bagian problem solving. Setelah selesai dikerjakan dan diteliti, hendaknya Anda jangan melompat ke bagian lainnya, misalnya data sufficiency. Tapi, kerjakanlah kembali kumpulan soal problem solving yang lainnya. Kemudahan dalam mengerjakan problem solving yang kedua dibandingkan yang pertama akan segera Anda rasakan.

Perhatikan juga alokasi waktu. Bagi yang sama sekali belum pernah mengerjakan latihan soal pada GMAT, barangkali 30 menit belum cukup untuk mengerjakan satu section. Cara berlatihnya seperti di bawah ini.

Kerjakan satu section dalam waktu yang lama, misalnya 1.5 jam atau sampai selesai. Setelah Anda teliti lagi, kerjakan lagi jenis soal yang sama (misalnya Problem Solving pada halaman yang berbeda) tapi kurangkan waktunya, misalnya 1 1/4 jam. Demikian seterusnya sehingga Anda dapat menjawabnya dalam waktu 30 menit untuk satu section.


2.1.B. DATA SUFFICIENCY

Sebelum mempelajari bagian data sufficiency, Anda harus mahir mengerjakan bagian problem solving terlebih dahulu. Untuk bagian data sufficiency, agar cepat mengingat jawaban apa yang harus diberikan untuk kondisi tertentu, ingatlah susunan kata/huruf ini (dari buku terbitan Cliffs):

1 (First statement is sufficient to solve the problem, so choose A),
2 (Second, choose B),
T (Together, choose C),
E (Either, choose D),
N (Neither, choose E)

-------- 1 2 T E N


Biasanya, seseorang mengerjakan data sufficiency dengan cara sebagai berikut:

1. Baca soal
2. Baca statement no.1
3. Baca statement no.2
4. Koq bingung ya?
5. Menjawab soal (dan salah!)

Kalau Anda membaca statement 2 setelah statement 1, tanpa membaca soal kembali, kemungkinan besar Anda akan mengalami kerancuan karena pikiran Anda menganggap informasi pada statement 1 sebagai bagian dari soal. Karena itu, saya menyusun strategi sebagai berikut:

1. Baca soal.
Rubah soal kedalam persamaan matematik (jika perlu)

2. Baca statement no.2 (bukan no.1).
Rubah statement 2 kedalam persamaan matematik (jika perlu).
Beri tanda (misalnya Y atau N, T atau F): apakah statement 2 cukup untuk menjawab soal atau tidak.

3. Baca soal kembali.

4. Baca statement no.1.
Rubah statement 1 kedalam persamaan matematik (jika perlu).
Beri tanda (misalnya Y atau N, T atau F): apakah statement 1
cukup untuk menjawab soal atau tidak.

5. Menjawab soal (A/B/C/D/E).


Pada Problem Solving, Anda boleh memperkirakan besar suatu sudut dan besaran-besaran lainnya hanya dengan melihat perbandingan dimensi dari gambarnya saja. Berlainan dengan Problem Solving, Data Sufficiency biasanya menggunakan gambar yang tidak sesuai dengan skala. Selain itu pula, janganlah Anda menggunakan asumsi dan interpretasi Anda sendiri terkecuali dinyatakan dalam soal.

Misalkan Anda melihat kurva berbentuk setengah lingkaran, janganlah Anda mengasumsikan bahwa kurva tersebut pasti berbentuk setengah lingkaran, terkecuali dijelaskan bahwa kurva tersebut memang berbentuk setengah lingkaran. Sebaliknya, jika sudah jelas dinyatakan dalam suatu soal bahwa suatu segi tiga adalah siku-siku, tanpa ragu-ragu, gunakan teorema Phytagoras untuk menyelesaikan soal tersebut.


2.B. VERBAL SECTION

Menurut saya, untuk mendapatkan nilai verbal yang tinggi, dibutuhkan kemampuan dengan urutan sebagai berikut ini:

1. Vocabulary yang baik
2. Logika
3. Grammar
4. Kecepatan membaca yang tinggi
5. Strategi

Analisa saya menunjukkan bahwa urut-urutan belajar yang benar adalah sbb:
1. Sentence Correction
2. Reading Comprehension
3. Critical Reasoning

Dari ketiga jenis soal pada bagian verbal, bagian sentence correction adalah bagian termudah untuk dikerjakan jika Anda tahu dasar strategi belajarnya. Kalau grammar yang telah Anda pelajari pada sentence correction sudah benar dan vocabulary Anda sudah lumayan jago, reading comprehension bukan lagi suatu masalah.

Setelah syarat-syarat dasar itu terpenuhi, Anda tinggal menggunakan logika Anda untuk menaklukkan bagian critical reasoning.

Bagaimana cara mempelajari bagian verbal GMAT dan dimanakah letak perbedaannya dengan TOEFL? Mudah-mudahan penjelasan dibawah ini mampu menolong Anda.


2.B.1. SENTENCE CORRECTION

Padanan bagian ini di TOEFL adalah Section II: Structure and Written Expression. Untuk TOEFL, Anda perlu menguasai grammar secara menyeluruh. Untuk GMAT, tidak seperti yang diduga orang selama ini, grammar yang sering muncul pada sentence correction hanya terdiri dari 6 saja. Menurut Princeton Review, 6 masalah yang mendominasi sentence correction adalah:

1. Pronoun-reference errors.
2. Misplaced modifier / dangling modifier.
3. Parallel construction errors.
4. Idiom / diction errors.
5. Subject-verb agreement errors.
6. Comparison errors.


Sekitar setengah dari keseluruhan soal pada sentence correction berkaitan dengan idiom / diction errors, baik berdiri sendiri ataupun dikombinasikan dengan error lainnya. Idiom atau diction (pilihan kata yang tepat) mudah diingat jika Anda sering membaca dan menghafalkannya dari buku grammar. Sayang sekali saya belum menemukan cara lainnya.

Karena kitab pusaka ini bukan kitab pusaka grammar, silahkan merujuk ke buku grammar/TOEFL Anda untuk penjelasan ke 6 hal tersebut di atas selengkapnya. Walaupun hanya 6 masalah, kenapa sentence correction di GMAT jauh lebih sulit dari pada padanannya di TOEFL?

Vocabulary di GMAT jauh lebih canggih dari pada di TOEFL. Selain itu juga, kalimat yang dipakai pada TOEFL adalah kalimat yang pendek-pendek. Sebaliknya, pembuat soal GMAT senang sekali dengan kalimat yang panjang - panjang dengan menambahinya dengan phrase atau clause. Dengan mengetahui punctuation dan grammar, Anda dapat memecah kalimat tersebut menjadi bagian - bagian kecil yang lebih sederhana. Misalnya, mengganti subject kalimat yang aduhai panjangnya dengan satu kata: they.

Selanjutnya, prinsip mengerjakannya adalah dengan mengetahui terlebih dahulu kategori kesalahan (dari 6 jenis kesalahan) pada kalimat aslinya. Caranya yaitu dengan:


1. Mengetahui kunci kata.
Contoh:

a. Jika Anda menemukan kata ... more ... than ..., berarti masalah yang Anda hadapi adalah comparison error. Perhatikan apakah yang dibandingkan kata yang sejenis atau tidak, misalnya noun dengan noun, dsb.

b. Jika Anda menemukan kata ... not only ..., berarti harus diikuti dengan ... but also ... Jika hanya diikuti oleh ... but ... atau ... and also... berarti jawabannya pasti salah. Ini adalah masalah idiomatic expression yang tidak bias diganggu gugat. Soal ini biasanya muncul pada setiap ujian GMAT.

c. Jika Anda menemukan kata Hopefully ... di awal kalimat, kalimat ini pasti salah. Unidiomatic, kata ETS. Pilihan kata yang benar adalah I hope that ... Soal ini juga biasa muncul di GMAT.

2. Jika resep no. 1 tidak mempan, Anda tetap bisa menemukan kategori kesalahan dengan membandingkan jawaban B, C, D, dan E. Misalkan pada jawaban-jawaban tersebut Anda menemukan pronoun (misalnya she, he, they, it, dsb) berulang-ulang. Pastikan bahwa pronoun tersebut (misalkan it) merujuk pada satu kata yang pasti (misalnya the root) dan tidak menimbulkan keraguan, misalnya (misalnya the root atau the tree ?) Ini adalah masalah pronoun-reference error.

Setelah Anda menemukan kategori kesalahannya, dengan mudah Anda akan menemukan jawaban yang benar. Walaupun Anda sudah mendapatkan kalimat dengan grammar yang benar, Anda tetap harus hati-hati: Pastikan bahwa kalimat tersebut tidak merubah makna kalimat asalnya. Jika kalimat dengan grammar yang betul itu merubah makna kalimat asalnya, berarti Anda harus mencari pilihan lainnya.

Biasanya, seperlima jawaban soal pada sentence correction adalah A. Artinya, kalimat asli sudah benar. Jadi, jika Anda sudah menjawab 21 dari 27 soal (yang sangat sulit untuk dicapai), sementara Anda belum pernah memberikan jawaban A, Anda boleh langsung tembak: 6 buah jawaban soal lainnya adalah A. Boleh jadi tidak semua jawaban pada 6 soal tersebut adalah A. Akan tetapi, total nilai yang Anda dapatkan pasti melebihi pengurangan nilai jika jawaban Anda salah.


2.B.2. READING COMPREHENSION

Kalau Anda tidak mempunyai vocabulary yang cangging, tampaknya, sulit sekali Anda mendapatkan nilai yang tinggi di bagian ini. Setelah vocabulary Anda cangging, Anda perlu meningkatkan kecepatan membaca Anda. Berusahalah untuk sedikit mungkin membaca ulang kata atau kalimat secara berlebih-lebihan dalam reading comprehension.

Buku yang berjudul Speed Reading karangan Tony Buzan terbitan Plume/Penguin Group merupakan buku favorit saya untuk meningkatkan kecepatan membaca. Kalau vocabulary dan kecepatan membaca Anda tidak memadai, mengerjakan seluruh soal berarti bunuh diri, karena Anda akan mendapatkan pengurangan nilai untuk setiap kesalahan Anda. Dalam kasus ini, lebih baik sukses sebagian daripada hancur total! Untuk bagian reading comprehension, dari 2 atau 3 bacaan pada satu section, sebaiknya hanya 1 atau 2 bacaan saja yang dikerjakan tapi kerjakanlah dengan sungguh-sungguh. Pilihlah bacaan yang akrab dengan dunia Anda, misalnya masalah iptek atau sosial atau yang lainnya.

Orang-orang yang mendapatkan gelar undergraduate di USA, sangat diuntungkan pada bagian ini. Mereka mendapatkan pelajaran-pelajaran baik sosial maupun eksakta di dua tahun pertama mereka berkuliah di USA. Jadi, mereka lebih akrab dengan variasi topik yang muncul pada bagian reading comprehension dari pada mahasiswa lulusan Indonesia.

Princeton Review menganjurkan untuk memilih bacaan dengan tema minoritas (misalnya wanita, Black American, Hispanic, dsb). Jawaban yang benar dari bacaan dengan tema sejenis ini selalu positif (memuji) golongan tersebut. Jadi jika Anda menemukan pilihan jawaban yang mengecam golongan Black American, tanpa melihat paragraf bacaan yang bersangkutan, Anda bisa memastikan bahwa jawaban itu adalah salah. ETS selalu menghormati golongan minoritas dan profesional (dokter, pengacara, dsb)!

Pilihan jawaban dengan pilihan kata yang sangat emosional juga pasti salah. Selain itu juga, pilihan jawaban yang menggunakan kata always, the most dan kata-kata "pasti" lainnya yang mudah didebat, biasanya pasti salah. Contohnya, Anda menemukan salah satu pilihan jawaban sebagai berikut:

(A) Leonardo da Vinci is the greatest painter in that century.

Tanpa menengok bacaan, Anda bisa memastikan bahwa jawaban tersebut pasti salah. Akan tetapi, pilihan jawaban dengan "nada memuji tapi datar" semacam ini ada kemungkinan benar:

(C) Leonardi da Vinci is a great painter.


Kenapa demikian? ETS tidak ingin didebat oleh pihak-pihak lain yang menganggap bahwa ada pelukis lain yang lebih ngetop di bandingkan dengan Leonardo da Vinci. Demikian penjelasan Princeton Review.

Sewaktu Anda membaca bacaan, tandailah kata-kata kunci, misalnya: however, yet, but, dsb. Pada multiple choice, jawaban-jawaban salah sering merujuk pada kalimat sebelum however, but, yet, dsb. Jawaban benar yang menanyakan pendapat pengarang sebenarnya adalah merujuk pada kalimat setelah however, but, yet, dsb.; karena setelah kata kunci ini, penulis bacaan menuliskan pendapat yang sebenarnya.

Di TOEFL, jawaban pertanyaan dapat Anda temukan langsung dari bacaan, karena jawaban yang benar pada multiple choiche biasanya hampir mirip susunan katanya dengan kalimat pada bacaan yang bersangkutan. Akan tetapi, untuk GMAT, yang berlaku adalah kebalikannya. Jika salah satu jawaban pada multiple choiche mirip dengan susunan kata pada bacaan yang bersangkutan, 99% kemungkinan bahwa jawaban tersebut salah!

Kenapa demikian? Pembuat soal amat pintar: dengan memberikan satu kata tambahan atau mengurangi satu kata atau mengubah satu kata, maka arti kalimat jadi sangat berbeda dengan asalnya. Di GMAT jawaban yang benar adalah:

1. Selalu merujuk pada bacaan. Hanya 0.05% kemungkinan bahwa jawaban tersebut menggunakan pengetahuan tambahan mengenai masalah yang sedang dibicarakan.

2. Tidak pernah menggunakan susunan kata yang sama atau mirip dengan bacaan. Akan tetapi, kalimat/kata yang digunakan mempunyai makna yang sama dengan kalimat asli pada bacaaan yang bersangkutan.

Salah satu soal pada GMAT, misalnya nomer pertama, pasti ada yang menyangkut isi keseluruhan bacaan. Contohnya adalah urutan penyajian penulis. Untuk soal jenis ini, saya anjurkan Anda untuk menjawab paling belakang. Soal-soal lainnya biasanya merujuk pada satu spesifik paragraf. Artinya Anda terpaksa membaca bacaan paragraf per paragraf. Setelah Anda sering membaca bacaan tersebut, Anda tidak akan kesulitan lagi untuk menjawab jenis soal yang menyangkut keseluruhan isi bacaan. Jika Anda mencoba untuk menjawab soal jenis tadi terlebih dahulu, Anda harus membaca bacaan tersebut berulang-ulang tanpa menjawab soal yang lain. Artinya, Anda membuang waktu Anda secara sia-sia.

Prioritaskan waktu untuk menjawab pertanyaan yang merujuk suatu kalimat atau baris tertentu secara spesifik. Biasanya, pertanyaannya mudah untuk dijawab dan jawaban dapat ditemukan pada beberapa kalimat sebelum atau setelah kalimat yang termaksud. Soal yang sering menghabiskan waktu adalah soal dengan jawaban seperti ini:

(A) I dan II benar
(B) I, II, III benar
dst.


Selesaikan soal jenis ini paling akhir saja. Perlu juga Anda ketahui, cara tercepat mengatasi masalah sejenis itu adalah dengan menghilangkan jawaban yang salah, bukan mencari jawaban yang benar.


2.B.3. CRITICAL REASONING

Bagian ini mengetes kemampuan Anda dalam berargumentasi dan berlogika. Padanannya pada TOEFL: Tidak ada! Bagi bangsa Jawa, Sunda dan pemakan nasi lainnya yang mengambil GMAT, masalahnya bukan logika yang tumpul atau ketidakmampuan berargumentasi sehingga tidak pernah sukses mengerjakan bagian ini. Masalahnya adalah: Bagaimana mungkin berargumentasi dan berlogika jika makna soal atau kalimatnya saja tidak tahu? Karena itu, tambahlah vocabulary Anda.

Jika Anda sudah mempunyai vocabulary dan logika yang baik dari sononya, tanpa mempelajari teori logika, saya yakin Anda akan mampu mengerjakan bagian ini dengan baik. Lebih baik lagi jika Anda juga
mempelajari logika, misalnya:

- cara berpikir secara induktif atau deduktif
- silogisme
- argumentasi berdasarkan data statistik
- argumentasi berdasarkan analogi, dsb.

Silahkan Anda membaca buku mengenai logika atau dari Princeton Review (buku favorit saya) atau dari buku GMAT lainnya.


2.C. ANALYTICAL WRITING

Bagian ini sedang disusun .........


2.D. PENUTUP UNTUK BAGIAN GMAT

Dari penjelasan saya mengenai bagian verbal, jelas sekali terlihat bahwa saya mengunggulkan vocabulary untuk mengatasi bagian verbal. Dalam belajar, seorang cucu Adam melalui beberapa tahapan.

Dua tahap pertama adalah:

1. Mengerti untuk diri sendiri.
2. Mampu memberikan pengertian kepada orang lain.

Untuk mengatasi TOEFL, jika Anda sudah mahir membaca bacaan berbahasa Inggris atau text book dan mampu memperkirakan arti suatu kata dari konteks kalimatnya, itu sudah cukup. Artinya, Anda sudah mencapai tahap pertama. Jika Anda menyangka bahwa kemampuan Anda tersebut sudah cukup untuk mengatasi GMAT, Anda salah besar!

Barangkali juga, Anda menyangka bahwa jika Anda lama tinggal di Amerika, otomatis nilai verbal Anda naik. Sekali lagi, sebaiknya Anda mengubur dugaan tersebut. Diluar dugaan, banyak teman-teman yang mendapatkan gelar undergraduate di USA (artinya telah tinggal di USA selama 4 tahun), hanya mendapatkan nilai verbal sekitar 25% atau kurang. Mereka memang mahir membaca Fortune, Business Week dsb. Mereka sudah mampu memperkirakan arti kata dari konteks kalimat. Bagi saya, mereka baru mencapai tahap pertama dalam belajar. Kesalahan mereka: mereka sudah tidak merasa perlu lagi untuk sering membuka kamus. Banyak diantara mereka yang tidak mengetahui arti suatu kata di soal bagian verbal GMAT.

Anda akan terheran-heran menyaksikan mahasiswa-mahasiswa Amerika yang tetap menggunakan kamus Inggris-Inggris jika mereka menulis tidak dengan komputer. Kalau orang Amerika saja tetap menggunakan kamus, kenapa kita tidak perlu menggunakan kamus?

Resep saya untuk mendapatkan nilai verbal GMAT yang tinggi adalah dengan sering menerjemahkan (bukan hanya sekedar membaca) koran The Wall Street Journal (WSJ) atau majalah Fortune, Business Week, Time, Newsweek, dsb. Anda dengan mudah menemukan majalah-majalah yang tersebut di Indonesia. Anda tidak perlu membeli majalah yang baru, yang bekaspun sudah memadai.

Bagi saya, menerjemahkan bukan saja berarti saya mengetahui secara pasti arti suatu kata, akan tetapi, saya juga berusaha untuk menyusunnya menjadi suatu kalimat Indonesia yang baik dan benar (bukan seperti kitab pusaka yang Anda baca saat ini). Saya berusaha agar orang lain mengerti apa yang saya maksudkan. Tentunya saya harus sering membuka kamus dan mengorbankan waktu yang tidak sedikit untuk ini.

Sekitar tiga minggu sebelum ujian GMAT Oktober yang lalu, saya mencoba menerjemahkan dua buah kolom berita ringkas "What's News" di WSJ setiap hari. Saya menerjemahkan di malam hari dan di pagi harinya saya baca kembali. Apakah saya berusaha untuk mengingat arti kata yang saya terjemahkan? Tidak! Kalau lupa bagaimana? Seperti TOEFL: cuek saja! Tiga hari atau seminggu kemudian, kata yang saya lupakan tadi toh akan muncul lagi di WSJ.

Dengan demikian, sebelum ujian GMAT, saya menambah ratusan kata baru dalam perbendaharaan kata saya. Pertama-pertama menerjemahkan WSJ memang betul-betul mengesalkan. Saya harus menerjemahkan sekitar 50 kata per hari untuk betul-betul mengetahui 2 kolom berita tersebut. Ingat lho, saya tidak menggunakan kamus Inggris-Indonesia, tapi Inggris-Inggris. Jadi, seringkali saya harus menerjemahkan dengan "berputar". Sebagai contoh, acapkali saya mencari terjemahan suatu kata pada kamus itu sendiri untuk mengetahui secara pasti arti suatu kata yang tidak saya mengerti pada WSJ. Karena perbendaharaan kata saya makin banyak, lama-lama berkurang hingga sekitar 5-10 kata perhari. Memulai yang pertama memang sulit, lama-lama akan semakin mudah.

Kenapa saya menempuh jalan itu? Sebelumnya, saya sudah cukup kenyang belajar grammar, strategi, teori logika, dsb. Nilai verbal saya memang naik, tapi hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Dari kegagalan-kegagalan tersebut, saya berpendapat bahwa bukan metoda belajar saya yang salah, akan tetapi, prioritas belajar saya yang salah. Saya harus menemukan cara baru untuk mengatasi bagian verbal. Saya coba menambah vocabulary dengan menerjemahkan bacaan berbahasa Inggris. Hasilnya terbukti menggembirakan.

Kalimat-kalimat pada WSJ, Fortune, Business Week, dsb. seringkali bukan merupakan kalimat yang lengkap dan bahasanya adalah bahasa koran, bukan bahasa baku yang Anda pelajari di buku grammar atau TOEFL. Jika Anda sudah sanggup menerjemahkan WSJ, dsb. yang bahasanya susah untuk dimengerti (bagi orang non-bule), maka jika kita membaca bacaan pada GMAT, akan terasa sekali betapa mudah untuk dimengerti.

Kalau Anda lebih suka memilih untuk membaca buku dari pada membaca koran atau majalah untuk menambah vocabulary Anda, silahkan baca Word Smart dari Princeton Review. Kalau Anda sudah mulai menerjemahkan kata setiap hari, berusahalah mempertahankan kerajinan Anda. Jangan rajin hanya di awal saja. Bagi orang bule sendiri, mereka menganggap bagian verbal dari GMAT terlalu panjang atau terlalu banyak soalnya. Dengan kata lain, mereka merasa kecepatan membaca mereka tidak memadai.

Dari analisa nilai bagian verbal teman-teman saya yang rendah, saya berpendapat bahwa banyak diantara mereka terlalu sembrono atau terlalu berani menjawab. Artinya, mereka menjawab tapi lebih banyak salahnya. Menebak jawaban boleh-boleh saja asal jangan ngawur. Setiap kesalahan berarti pengurangan nilai. Kalau mereka bias mengurangi kesalahan tersebut, walaupun tidak menambah jawaban yang benar, saya yakin mereka akan mampu menaikkan nilai GMAT-nya. Silahkan pelajari intelligent guessing dan process of elimination (POE) di Princeton Review.

Kalau Anda bermaksud untuk tidak menjawab suatu soal yang sulit, putuskan dengan segera. Ingat, waktu Anda sangat terbatas. Banyak teman-teman yang memutuskan untuk tidak menjawab soal yang sulit setelah berusaha setengah mati untuk menjawabnya. Akibatnya, ia kekurangan waktu untuk menjawab soal yang mudah. Sewaktu ujian GMAT, saya sarankan Anda untuk tidak perlu menghabiskan seluruh waktu yang dialokasikan, yaitu 30 menit per section untuk berusaha mengerjakan soal semuanya. Lebih baik Anda meninggalkan satu soal yang sulit tapi sempat memeriksa kembali soal lainnya yang telah Anda kerjakan. Sisakan juga 15 detik terakhir untuk tidak melakukan apa-apa guna menenangkan pikiran Anda sebelum mengerjakan section berikutnya.

Beberapa waktu yang lalu, saya melihat wawancara televisi tentang dua peserta (dari 1,4 juta peserta) yang mendapat nilai sempurna pada SAT (Scholastic Aptitude Test, semacam Sipenmaru buat bangsa penggemar Mc Donald). Yang menarik adalah, ketika ditanya apa hobinya, keduanya mempunyai hobi yang sama: komputer dan membaca novel science fiction! Saya pernah bertemu dengan orang bule yang mendapatkan nilai GMAT 770. Pekerjaannya: guru kursus TOEFL dan GMAT. You bet!

Rudy, seorang mahasiswa Indonesia mendapatkan nilai GMAT 710. Ia mendapatkan undergraduate nya dalam bidang mechanical engineering di University of Michigan (Ann Arbor). Undergraduate GPA nya adalah 3,9 (A=4). Setahu saya, ada dua orang Indonesia lainnya yang memiliki nilai GMAT di atas 700.

Seorang Indonesia yang bernama XYZ mendapatkan nilai GMAT 660. Lulus dari University of Texas at Austin bidang chemical engineering sebelum melanjutkan MBA diperguruan tinggi yang sama.

Seorang teman Indonesia saya yang lainnya ada yang mendapatkan nilai GMAT 610. Ia lulus dari University of California (Riverside) sebelum melanjutkan ke California State University (Fullerton). Ia memilih untuk ke Cal Sate karena UC Riverside waktu itu belum di akreditasi AACSB (American Assembly of Collegiate School of Business). Ketika saya tanya apa resepnya, jawabnya adalah:
mengerjakan latihan, minimal satu bagian (section) tiap hari. Bukti lagi: kerja keras dilandasi dengan kemampuan, Insya Allah, akan membuahkan hasil.

Memang benar bahwa beberapa orang Indonesia yang saya sebutkan diatas mempunyai keuntungan karena telah lama tinggal di USA. Akan tetapi, tengoklah kembali paragraf-paragraf saya dimuka mengenai teman-teman saya lainnya yang mendapatkan undergraduate di USA tapi tidak mampu mendapatkan GMAT yang tinggi. Saya tetap percaya bahwa orang-orang yang saya sebutkan di atas memang orang yang pintar.

Seorang mahasiswa Indonesia yang mendapatkan undergraduatenya di Indonesia mampu mendapatkan nilai GMAT 620, dan TOEFL 630; walaupun GPA nya hanya 2,3. Ia adalah seorang mahasiswa lulusan Universitas Tarumanegara dan mengambil kuliah di program MBA University of Tennessee (Knoxville).

Seorang tamatan Jurusan Teknik Industri ITB mampu mendapatkan nilai GMAT 610. Ia bekerja di Bank Indonesia. Saat ini bersekolah di The Wharton School (University of Pennsylvania).

Sedikit sekali orang Indonesia yang memiliki GMAT diatas 600 atau GRE yang tinggi. Tidak demikian halnya dengan orang India dan Cina. Sebagai contoh, seorang teman saya dari India yang belajar di University of Houston untuk mendapatkan gelar doktor di bidang management information system ada yang mendapatkan nilai GRE 2250 (dari maksimum 2400 untuk 3 section). Mereka sanggup mendapatkan nilai yang tinggi karena mereka memiliki motivasi yang tinggi untuk mendapatkan GMAT/GRE yang tinggi, kemudian berangkat ke Amerika, lalu mencari bea siswa dan kerja apa saja, selanjutnya ... tidak pulang lagi (karena keadaan tanah airnya yang lumayan kacau)!

Motivasi akan sanggup menggerakkan kita untuk mendapatkan nilai GMAT/GRE yang tinggi. Tentunya, bukan motivasi seperti contoh di atas yang saya maksudkan. Sama halnya dengan GMAT, saya yakin bahwa orang yang mampu mencapai nilai GRE yang tinggi juga memiliki vocabulary yang cangging dan tidak menemukan kesulitan dalam mengerjakan TOEFL.



III. EPILOG

Sebagian besar kitab pusaka ini berisi metoda belajar. Belum tentu Anda cocok dengan metoda saya. Bagus atau tidaknya nilai TOEFL dan GMAT Anda berpulang pada diri Anda sendiri, bukan saya. Lebih baik Anda menggali sendiri metoda yang pas untuk Anda. Anda tentunya pernah mendengar ungkapan... Work smarter not harder. Menurut saya, ungkapan yang benar adalah... Work smarter not harder; but if you cannot work smarter, you should work harder.

Jadi, Anda harus belajar keras. Saya percaya bahwa Anda belum mengeluarkan seluruh kemampuan Anda. Anda mampu memaksa diri Anda. Akan tetapi, jika Anda sudah belajar keras tapi tidak bisa, berarti ada sesuatu yang salah dengan cara belajar Anda. Bermula dari sinilah Anda bisa bereksperimen untuk menemukan metoda yang pas buat Anda.

Walaupun demikian, kalau Anda tidak mampu menggali potensi diri Anda sendiri, belajarlah melalui buku atau bertanya pada orang lain. Tepat sekali dugaan Anda! Memang benar kitab pusaka ini saya maksudkan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Banyak teman-teman yang menghabiskan waktu untuk mengerjakan latihan-latihan TOEFL dan GMAT berulang-ulang tanpa hasil yang nyata. Menurut saya, bukan porsi latihannya yang kurang, akan tetapi, bisakah mereka mengambil manfaat dari latihan tersebut?

Belajarlah dari kesalahan Anda. Sewaktu mengoreksi latihan Anda, sediakan waktu yang cukup untuk menganalisa kesalahan Anda. Jika jawaban Anda salah, Anda tidak hanya perlu mengetahui jawaban mana yang benar, tapi Anda perlu mengetahui dan memperbaiki jalan pikiran Anda yang salah. Jika jawaban Anda sudah benar, Anda tetap perlu untuk memperhatikan bagian explanatory answer untuk melihat kemungkian bahwa Anda bisa menjawab soal tersebut lebih cepat lagi.

Perhatikan juga antara gejala (symptom) dengan penyebab utamanya. Sebagai contoh, seorang teman saya mengeluh karena ia kerap kali mengganti jawaban yang sudah benar dengan jawaban yang salah pada TOEFL. Ia menganggap dirinya kurang percaya diri. Saya mencoba belajar bersama dia. Pengamatan saya menunjukkan bahwa ia memberikan jawaban salah atas dasar teori salah yang diyakini sebagai kebenaran. Jadi, rasa kurang percaya diri bukan merupakan penyebab utama, akan tetapi kelemahan pada dasar teori grammar lah yang merupakan penyebab utamanya. Selain itu juga, keengganannya untuk menerima hal-hal yang baru dari orang lain juga memperlambat proses belajarnya.

Saya sering terheran-heran melihat teman-teman yang menganggap nilai TOEFL dan GMAT nya sudah cukup. Mereka membandingkan nilai mereka dengan orang-orang ynag mendapatkan nilai lebih rendah dari mereka! Kalau sikap mental ini terus berlangsung, bagaimana mungkin kita termotivasi untuk meraih nilai yang lebih tinggi?

Jangan lupa, sebelum Anda menempuh ujian TOEFL atau GMAT, berlatihlah mengerjakan seluruh soal (3 section untuk TOEFL atau 7 section untuk GMAT) tanpa putus. Hal ini penting untuk mengecek stamina dan menambah kesiapan mental Anda.

Dalam ujian, jika Anda menghapus dan mengganti jawaban Anda, lakukanlah dengan sebersih-bersihnya. Hand-scoring biasanya lebih tinggi dari computer- scoring karena scanner ETS terlalu peka sehingga menghitung jawaban Anda dua kali pada satu nomer yang sudah Anda perbaiki dan menganggap dua jawaban sebagai kesalahan. Pengalaman ini sering terjadi pada rekan-rekan yang meminta hand-scoring dari ETS.

Sekian dulu

AYAT SUCI DALAM KROMOSOM MANUSIA

Seorang ilmuwan yang penemuannya sehebat Gallileo, Newton dan Einstein yang berhasil membuktikan tentang keterkaitan antara Alquran dan rancang struktur tubuh manusia adalah Dr. Ahmad Khan. Dia adalah lulusan Summa Cumlaude dari Duke University . Walaupun ia ilmuwan muda yang tengah menanjak, terlihat cintanya hanya untuk Allah dan untuk penelitian genetiknya. Ruang kerjanya yang dihiasi kaligrafi, kertas-kertas penghargaan, tumpukan buku-buku kumal dan kitab suci yang sering dibukanya, menunjukkan bahwa ia merupakan kombinasi dari ilmuwan dan pecinta kitab suci.

Salah satu penemuannya yang menggemparkan dunia ilmu pengetahuan adalah ditemukannya informasi lain selain konstruksi Polipeptida yang dibangun dari kodon DNA. Ayat pertama yang mendorong penelitiannya adalah Surat "Fussilat" ayat 53 yang juga dikuatkan dengan hasil-hasil penemuan Profesor Keith Moore ahli embriologi dari Kanada. Penemuanny tersebut diilhami ketika Khatib pada waktu salat Jumat membacakan salah satu ayat yang ada kaitannya dengan ilmu biologi. Bunyi ayat tersebut adalah sebagai berikut: "...Sanuriihim ayatinaa filafaaqi wa fi anfusihim hatta yatabayyana lahum annahu ul-haqq..."
Yang artinya; "Kemudian akan Kami tunjukkan tanda-tanda kekuasaan kami pada alam dan dalam diri mereka, sampai jelas bagi mereka bahwa ini adalah kebenaran".

Hipotesis awal yang diajukan Dr. Ahmad Khan adalah kata "ayatinaa" yang memiliki makna "Ayat Allah", dijelaskan oleh Allah bahwa tanda-tanda kekuasaanNya ada juga dalam diri manusia. Menurut Ahmad Khan ayat-ayat Allah ada juga dalam DNA (Deoxy Nucleotida Acid) manusia. Selanjutnya ia
beranggapan bahwa ada kemungkinan ayat Alquran merupakan bagian dari gen manusia. Dalam dunia biologi dan genetika dikenal banyaknya DNA yang hadir tanpa memproduksi protein sama sekali. Area tanpa produksi ini disebut Junk DNA atau DNA sampah. Kenyataannya DNA tersebut menurut Ahmad Khan jauh sekali dari makna sampah. Menurut hasil hasil risetnya, Junk DNA tersebut merupakan untaian firman-firman Allah sebagai pencipta serta sebagai tanda kebesaran Allah bagi kaum yang berpikir. Sebagaimana disindir oleh Allah; Afala tafakaruun (apakah kalian tidak mau bertafakur atau menggunakan akal
pikiran?).

Setelah bekerjasama dengan adiknya yang bernama Imran, seorang yang ahli dalam analisis sistem, laboratorium genetiknya mendapatkan proyek dari pemerintah. Proyek tersebut awalnya ditujukan untuk men eliti gen kecerdasan pada manusia. Dengan kerja kerasnya Ahmad Khan berupaya untuk menemukan huruf Arab yang mungkin dibentuk dari rantai Kodon pada cromosome manusia. Sampai kombinasi tersebut menghasilkan ayat-ayat Alquran. Akhirnya pada tanggal 2 Januari tahun 1999 pukul 2 pagi,
ia menemukan ayat yang pertama "Bismillahir Rahman ir Rahiim. Iqra bismirrabbika ladzi Khalq"; "bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan" . Ayat tersebut adalah awal dari surat Al-A'laq yang merupakan surat pertama yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad di Gua Hira. Anehnya setelah penemuan ayat pertama tersebut ayat lain muncul satu persatu secara cepat. Sampai sekarang ia telah berhasil menemukan 1/10 ayat Alquran.

Dalam wawancara yang dikutip "Ummi" edisi 6/X/99, Ahmad Khan menyatakan: "Saya yakin penemuan ini luar biasa, dan saya mempertaruhkan karier saya untuk ini. Saya membicarakan penemuan saya dengan dua rekan saya; Clive dan Martin seorang ahli genetika yang selama ini sinis terhadap Islam. Saya menyurati dua ilmuwan lain yang selama ini selalu alergi terhadap Islam yaitu Dan Larhammar dari Uppsala University Swedia dan Aris Dreisman dari
Universitas Berlin.

Ahmad Khan kemudian menghimpun penemuan-penemuannya dalam beberapa lembar kertas yang banyak memuat kode-kode genetika rantai kodon pada cromosome manusia yaitu; T, C, G, dan A masing-masing kode Nucleotida akan menghasilkan huruf Arab yang apabila dirangkai akan menjadi firman Allah yang sangat mengagumkan.

Di akhir wawancaranya Dr. Ahmad Khan berpesan "Semoga penerbitan buku saya "Alquran dan Genetik", semakin menyadarkan umat Islam, bahwa Islam adalah jalan hidup yang lengkap. Kita tidak bisa lagi memisahkanagama dari ilmu politik, pendidikan atau seni. Semoga non muslim menyadari bahwa tidak ada gunanya mempertentangkan ilmu dengan agama. Demikian juga dengan ilmu-ilmu keperawatan. Penulis berharap akan datang suatu generasi yang mendalami prinsip-prinsip ilmu keperawatan yang digali dari agama Islam. Hal ini dapat dimulai dari niat baik para pemegang kebijakan (decission maker) yang beragama Islam baik di institusi pendidikan atau pada level pemerintah. Memfasilitasi serta memberi dukungan secara moral dan finansial.

====
TERBUKANYA TABIR HATI AHLI FARMAKOLOGI THAILAND

Profesor Tajaten Tahasen, Dekan Fakultas Farmasi Universitas Chiang Mai Thailand, baru-baru ini menyatakan diri masuk Islam saat membaca makalah Profesor Keith Moore dari Amerika. Keith Moore adalah ahli Embriologi terkemuka dari Kanada yang mengutip surat An-Nisa ayat 56 yang menjelaskan bahwa luka bakar yang cukup dalam tidak menimbulkan sakit karena ujung-ujung syaraf sensorik sudah hilang. Setelah pulang ke Thailand Tajaten menjelaskan penemuannya kepada mahasiswanya, akhirnya mahasiswanya sebanyak 5 orang menyatakan diri masuk Islam.

Bunyi dari surat An-Nisa tersebut antara lain sebagai berkut; "Sesungguhnya orang-orang kafir terhadap ayat-ayat kami, kelak akan kami masukkan mereka ke dalam neraka, setiap kali kulit mereka terbakar hangus, kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain agar mereka merasakan pedihnya azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagiMaha Bijaksana."

Ditinjau secara anatomi lapisan kulit kita terdiri atas 3 lapisan global yaitu; Epidermis, Dermis, dan Sub Cutis. Pada lapisan Sub Cutis banyak mengandung ujung-ujung pembuluh darah dan syaraf. Pada saat terjadi Combustio grade III (luka bakar yang telah menembus sub cutis) salah satu tandanya yaitu hilangnya rasa nyeri dari pasien. Hal ini disebabkan karena sudah tidak berfungsinya ujung-ujung serabut syaraf afferent dan efferent yang mengatur sensasi persefsi. Itulah sebabnya Allah menumbuhkan kembali kulit yang rusak pada saat ia menyiksa hambaNya yang kafir supaya hambaNya tersebut dapat merasakan pedihnya azab Allah tersebut. Mahabesar Allah yang telah menyisipkan firman-firmannya dan informasi sebagian kebesaranNya lewat sel tubuh, kromosom, pembuluh darah, pembuluh syaraf dsb. Rabbana makhalqta hada batila, Ya...Allah tidak ada sedikit pun yang engkau ciptakan itu sia-sia.

===
DARI BAHTERA MENUJU ISLAM

Seorang pakar kelautan menyatakan betapa terpesonanya ia kepada Alquran yang telah memberikan jawaban dari pencariannya selama ini. Prof. Jackues Yves Costeau seorang oceanografer, yang sering muncul di televisi pada acara Discovey, ketika sedang menyelam menemukan beberapa mata air tawar di tengah kedalaman lautan. Mata air tersebut berbeda kadar kimia, warna dan rasanya serta tidak bercampur dengan air laut yang lainnya.

Bertahun-tahun ia berusaha mengadakan penelitian dan mencari jawaban misteri tersebut. Sampai suatu hari bertemu dengan seorang profesor muslim, kemudian ia menjelaskan tentang ayat Alquran Surat Ar-Rahman ayat 19-20 dan surat Al-Furqon ayat 53. Awalnya ayat itu ditafsirkan muara sungai tetapi pada muara sungai ternyata tidak ditemukan mutiara.

Terpesonalah Mr. Costeau sampai ia masuk Islam. Kutipan ayat tersebut antara lain sebagai berikut:
Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan, yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antar-keduanya dinding dan batas yang menghalang (QS Al-Furqon: 53).

Berdasarkan contoh kasus di atas, dapat memberikan gambaran pada kita bahwa ayat suci Alquran mampu menjelaskan fenomena Cromosome, Anatomi, Oceanografi, Keperawatan dan antariksa (baca "Jurnal Keperawatan Unpad" edisi 4, hal 64-70). Sebenarnya masih banyak ayat- ayat Alquran yang
menerangkan fenomena evolution and genetic seperti QS As-Sajdah 4, QS al-A'raf 53, QS Yusuf 3, QS Hud 7, tetapi karena keterbatasan ruangan pada kolom ini, serta dengan segala keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki penulis, maka kepada Allah jualah hendaknya kita berharap dan hanya Allah-lah yang Mahaluas dan Mahatinggi ilmunya. Wallahu a'lam.***

Kelapa Sawit, Biofuel dan Kerusakan Hutan

Rully Syumanda


Setiap tahun Indonesia kehilangan hutan seluas 2 juta hektar. Pada tahun 2006, lebih 2,72 juta hektar hutan musnah. Ini setara dengan satu setengah kali Netherland atau empat kali Pulau Bali! Kerusakan juga terjadi di protected area. Diperkirakan sekitar 30% taman nasional berada dalam kondisi rusak. Meskipun illegal logging seringkali dituding sebagai akar masalah, konversi lahan untuk perkebunan sawit skala besar pada dasarnya merupakan penyebab utama hilangnya sejumlah tutupan hutan Indonesia.

Konversi hutan selama ini umumnya diperuntukkan bagi pengembangan budidaya kelapa sawit. Sejak menjadi primadona, jutaan hektar hutan alam tropis dibabat. Dari 15,9 juta hektar hutan yang telah dilepaskan untuk perkebunan sawit pada tahun 2004, hanya 5,5 juta hektar yang ditanami . Pada tahun 2006 WALHI memperkirakan 16,8 juta hektar hutan telah dilepaskan untuk perkebunan kelapa sawit dan hanya 6,7 juta hektar yang ditanami. Meninggalkan sisa kawasan hutan lainnya dalam kondisi rusak setelah diambil kayunya.

Telah lama diketahui bahwa pembukaan perkebunan kelapa sawit dijadikan salah satu modus untuk memperoleh kayu. Ini bisa dilihat dari komposisi pengusaha perkebunan kelapa sawit yang “secara kebetulan” juga diisi oleh pengusaha yang memiliki industri pengolahan kayu salah satunya: Sinarmas dan Raja Garuda Mas. Dua konglomerat yang menguasai industri hulu dan hilir disektor kehutanan dan perkebunan sawit di Indonesia.

Modus memperoleh kayu dari konsesi perkebunan sawit muncul salah satunya diakibatkan oleh korupsi dan besarnya gap antara supply dan demand disektor kehutanan di Indonesia. Pada tahun 2006 diperkirakan demand industri kayu Indonesia mencapai 96,19 juta meter kubik setiap tahun. Sementara kemampuan hutan alam dan HTO dalam mensupplai kayu hanya mencapai 46,77 juta meter kubik. Kurang dari separuhnya, 17,04 juta meter kubik, diperoleh dari hasil tebangan dari konsesi perkebunan sawit .

Dari 6,7 juta hektar perkebunan kelapa sawit di Indonesia, lebih dari 90 diantaranya berada di Sumatera dan Kalimantan. Berbagi ruang dengan plantation industry dan logging concession. Belum termasuk kawasan yang telah dialokasikan untuk perkebunan kelapa sawit. Informasi terpercaya menyebutkan bahwa Papua misalnya telah mengalokasikan 9 juta hektar hutannya untuk dibuka menjadi perkebunan. Sementara pemerintah daerah di Kalimantan juga mengalokasikan lebih kurang 5 juta hektar. Semua untuk perkebunan kelapa sawit

Sejarah perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari sejarah deforestasi. Jutaan hektar hutan di buka dan diambil kayunya. Pohon-pohon yang kecil beserta ilalang kemudian dibakar sehingga menimbulkan kebakaran hutan. Membuat Indonesia tiba-tiba saja menempati urutan ke tiga sebagai penghasil karbon akibat kebakaran hutan. WALHI sendiri lebih senang menggunakan istilah ”pembakaran hutan hutan”. Peristiwa terbakarnya hutan dan lahan tidak bisa dilepaskan dari praktek pembersihan lahan yang dilakukan selama ini. Api adalah sarana yang paling murah. Lemahnya penegakan hukum telah membuat puluhan perusahaan menggunakan api untuk melakukan pembersihan lahan termasuk peningkatan hp tanah.

Pada tahun 2001, Manager PT Adei Plantation berkebangsaan Malaysia dihukum 2 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Kampar tahun 2001 karena terbukti memerintahkan pembakaran lahan untuk menaikkan ph tanah menjadi 5- 6 agar dapat ditanami kelapa sawit.

Perkebunan kelapa sawit juga seringkali memasuki wilayah teritorial masyarakat sehingga menimbulkan konflik yang belum terselesaikan hingga hari ini. Konflik tersebut tidak jarang melibatkan satuan pengamanan swasta dan atau kepolisian untuk melakukan penyelesaian yang seringkali berakhir dengan korban jiwa. Dimasa lalu, keterlibatan militer sebagai tenaga pengamanan juga tidak bisa dilepaskan dari sektor ini .

Konversi hutan untuk perkebunan kelapa sawit pada dasarnya telah mencapai titik jenuh dan melebihi carrying capacity. Dikatakan jenuh karena industri ini telah memasuki kawasan dengan tingkat kerentanan ekologis yang tinggi. Disamping memasuki kawasan-kawasan produktif masyarakat, perkebunan sawit juga memasuki kawasan gambut. Sumatera dan Kalimantan merupakan pulau yang memiliki kawasan gambut dengan kedalaman bervariasi antara 2 meter - > 3 meter. Konversi di cathment area dan kawasan gambut selama ini telah menimbulkan masalah bagi propinsi bersangkutan.

Gambut bersifat irreversible. Menyimpan air dalam jumlah besar namun bila dibuka ia tidak dapat menangkap air. Gambut juga berfungsi sebagai penyimpan karbon. Bila kawasan ini dibuka, bukan saja jutaan ton air dilepaskan namun juga jutaan meter kubic karbon dilepaskan ke udara. Menambah masalah terhadap global warming. Praktek pembukaan lahan dengan menggunakan api pada lahan gambut seringkali terjadi. Sangat sulit melakukan pemadaman api pada kawasan gambut yang terbakar. Api tidak terlihat dipermukaan namun merambat dibawah tanah. Api tidak saja digunakan untuk landclearing namun sekaligus untuk meningkatkan ph tanah.




Rethink of Biofuel as a sustainable energy

Dengan berbagai masalah yang muncul dari pembukaan perkebunan kelapa sawit, menjadi penting untuk melihat kembali kebijakan pemenuhan energi dari sumber yang selama ini mendapat image sebagai sustainable enery, kelapa sawit.

Kelapa sawit bukan sustainable energy. Harga yang harus dibayar untuk sebuah sustainable energy dari sawit teramat mahal. Jutaan hektar hutan yang dibabat yang kemudian menciptakan bencana ekologi dimana cara masyararakat untuk hidup secara normal telah gagal sebagai akibat dari peristiwa kemalangan luarbiasa, baik karena peristiwa alam ataupun perbuatan manusia

Indonesia adalah negeri yang rawan dan rentan terhadap bencana, yang mayoritas diakibatkan perbuatan manusia. Dalam tujuh tahun terakhir, 2000 – 2006 terjadi 392 kali bencana banjir dan longsor di seluruh Indonesia kecuali Papua, Jakarta dan Ibukota Propinsi lainnya. Korban jiwa mencapai 2.303 orang, lebih dari 188.000 rumah rusak berat dan 502 ribu hektar lahan rusak berat dan setengah juta hektar lainnya gagal panen. Total kerugian langsung mencapai 36 triliun rupiah dan kerugian tidak langsung mencapai 144 triliun .

Para ahli menyebutnya hal ini sebagai bencana pembangunan, yang didefinisikan sebagai gabungan faktor krisis lingkungan akibat pembangunan dan gejala alam itu sendiri, yang diperburuk dengan perusakan sumberdaya alam dan lingkungan serta ketidakadilan dalam kebijakan pembangunan sosial. Bencana seperti banjir, kekeringan dan longsor sering dianggap sebagai bencana alam dan juga takdir. Padahal fenomena tersebut, lebih sering terjadi karena salah urus lingkungan dan aset alam, yang terjadi secara akumulatif dan terus-menerus.

Selain banjir, kekeringan adalah bencana lain yang semakin kerap terjadi di Indonesia. Belakangan ini musim kemarau di Indonesia semakin panjang dan tidak beraturan, meski secara geografis dan alamiah Indonesia berada di lintasan Osilasi Selatan-El Nino (ENSO). Tercatat 78 kali bencana kekeringan terjadi di 11 propinsi. Dampak kekeringan yang utama adalah menurunnya ketersediaan air, baik di waduk maupun badan sungai. Kekeringan juga terkait dengan kebakaran hutan, karena cuaca kering memicu perluasan kebakaran hutan dan lahan serta penyebaran asap.

Ancaman signifikan terjadi pada tiga sektor utama prasyarat keberlanjutan kehidupan, yaitu air, pangan dan energi. Untuk air, ancaman terbesar berasal dari meningkatnya permintaan secara signifikan dan semakin terbatasnya ketersediaan air layak konsumsi. Kedaulatan energi pun dipertaruhkan. Transnational Corporations telah menyedot 75% cadangan minyak Indonesia hingga hari ini. Sementara 58% total produksi gas bumi dan 70% batubara pertahun terus di ekspor. Sementara, 90% kebutuhan energi rakyat Indonesia dibuat bergantung kepada minyak dan gas dan 45% rumah tangga belum dapat mengakses listrik .

Sementara itu pilihan atas energi murah, mudah diakses, dan bersih telah menjadi pilihan yang amat langka. Saat ini ketika negara takluk pada diktasi pasar bebas, rakyat yang sudah sedemikian tergantung dipaksa untuk membeli energi dengan harga pasar dunia. Kenaikan harga BBM, menurut sejumlah penelitian meningkatkan kemiskinan hingga 11 %. Total rakyat miskin di Indonesia setelah lonjakan kenaikan BBM menjadi 41%.

Secara umum, bencana ekologis ditandai dengan beberapa gejala atau tanda yang dapat dilihat dan dirasakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti: ketiadaan pilihan untuk bertahan hidup, gagalnya fungsi ekosistem, menurunnya kualitas kehidupan yang berwujud pada ketersingkiran dan kemiskinan, pada titik ekstrim berujung pada kematian

Seluruh cerita diatas berasal dari kesalahan pengelolaan sumberdaya alam. Pembangunan perkebunan kelapa sawit turut menjadi pemicu munculnya sejumlah krisis ekologi tidak saja di daerah dimana konsesi berada namun juga menimpa kawasan-kawasan hilir. Seluruh cerita diatas juga memiliki kaitan erat dengan pola konsumsi negara-negara konsumen yang sekaligus meninggalkan ecological footprint di Indonesia.

Pembangunan perkebunan kelapa sawit telah menimbulkan sejumlah anomali yang muncul akibat pembukaan paksa hutan alam bagi perkebunan kelapa sawit. Dibutuhkan lahan dan energy yang cukup besar untuk menciptakan energy biofuel dari kelapa sawit. Pembukaan hutan dan kebakaran selama ini telah memicu perubahan iklim. Mana mungkin menekan perubahan iklim dari biofuel apabila dalam proses penciptaannya juga turut berkontribusi dalam global warming. Penting bagi kita semua untuk melihat kembali kebijakan pemenuhan energy dari sumber yang tidak sustainable seperti kelapa sawit.

Dengan paradigma yang keliru, tentunya bisa dikatakan masih tersedia cukup lahan di Sumatera dan Kalimantan guna pemenuhan kebutuhan energi di Eropa yang berasal dari kelapa sawit. Dengan paradigma yang keliru pula, pembangunan perkebunan kelapa sawit bisa dikembangkan di catchment area dan wilayah-wilayah tenurial, seperti yang selama ini terjadi.

Masih cukup waktu untuk mencari sumber energi yang lebih sustainable. Sudah saatnya masyarakat eropa dan Amerika menurunkan konsumsi energinya sembari mencari alternative lain yang bisa menjamin penurunan efek rumah kaca.

Perkebunan sawit memang menciptakan sejumlah pekerjaan dan mendorong pertambahan pendapatan ekspor. Akan tetapi perkebunan sawit juga menjebak komunitas masyarakat untuk masuk dalam kemiskinan dan bencana ekologi yang ditimbulkannya sungguh sangat tidak sebanding dengan nilai ekonomi yang diperoleh. Konversi hutan alam untuk sawit telah menimbulkan kesengsaraan, bukan saja pada negara-negara pengekspor seperti Indonesia namun juga perubahan climate yang dampaknya akan dirasakan oleh sebagian besar penduduk Eropa dimasa mendatang.

Apa yang mau ditanam memang penting. Namun yang lebih penting adalah dimana mau ditanam. Kolonialisasi ini harus dihentikan.

Jakarta, 20 juni 2007

Rumah Bumi Manusia

John Muhammad


Bumi adalah rumah manusia. Rumah kehidupan. Bila ada yang membantah sejarah Adam-Hawa atau sejarah asal-usul manusia sekalipun, sejarah bumi sebagai wadah kehidupan tetap kekal dan tak bisa ditawar.

Bahkan, kalaupun ada yang berhasil menemukan jejak kehidupan di Mars, mereka hanya menemukan masa lalu. Sebab, satu-satunya yang hidup dan tersisa saat ini hanyalah bumi kita ini.

***

Namun manusia kurang pandai menjaga rumahnya. Hari ini, kesehatan bumi terus memburuk. Nafas bumi semakin ngos-ngosan. Kadang kala ia terbatuk-batuk. Meletupkan bencana alam dan menebarkan penyakit pada penghuninya.

Ini karena paru-parunya terus digerogoti. Tadinya bumi punya banyak paru-paru dan sekarang tersisa hanya dua. Pertama, hutan di Amazon, Brazil, Amerika Selatan dan yang kedua adalah hutan di Kalimantan, Indonesia, Asia Tenggara. Hutan-hutan ini adalah produsen oksigen. Bila menciut maka jumlah oksigen yang dihasilkan akan berkurang.

Ini juga karena manusia terus memproduksi racun, seperti karbon monoksida dari polusi yang dibuatnya. Atmosfer yang seharusnya melindungi, mengatur temperatur bumi malah disesaki racun yang membuat pantulan sinar matahari terperangkap.

Tak ayal, bumi langsung kena demam. Suhu tubuhnya terus meningkat hingga mencairkan es di dua kutub kita, merubah iklim dan merusak tatanan ekosistem bumi. Inilah biang petaka yang sering kita alami akhir-akhir ini, yakni fenomena yang disebut: pemanasan global (global warming).

Padahal obat mujarab buat bumi kita yang sekarat sebenarnya sederhana saja: kurangi polusi dan lindungi hutan. Manusia tak perlu repot-repot bolak-balik ke Mars, mencari kemungkinan pindah kesana. Obatnya ada pada kita, yakni: kebijaksanaan (wisdom).

***

Sebenarnya, Indonesia punya potensi sebagai pahlawan. Yakni dengan menyumbangkan daya upaya menyelamatkan hutan, terutama paru-paru bumi di Kalimantan.

Fakta bahwa negeri kita mencatat rekor tercepat penghancuran hutan, memang memalukan. Catatan badan PBB yang menangani masalah pangan dan agrikultur (FAO) menunjukkan dalam waktu lima tahun (2000-2005), kita sudah menghancurkan kurang lebih 1,871 juta hektar per tahun atau 51 kilometer persegi per hari. Kalau kurang percaya dengan PBB, silakan tengok catatan milik WALHI, yakni tiap satu menit, lima hektar hutan musnah atau setahunnya hutan seluas Pulau Bali hilang.

Tapi sebagai calon pahlawan bumi, kita harus anggap itu jadi tantangan. Kita harus menghentikan kerakusan memeras alam kita. Insyaf dari berfoya-foya atas kenikmatan yang kita miliki sekarang.

Sebagai contoh adalah kampanye jeda tebang (berhenti menebang) yang dikumandangkan aktivis lingkungan beberapa waktu yang lalu. Contoh lain adalah apa yang saya sebut sebagai “rumah bumi manusia”, yakni rumah-rumah yang turut andil menyelamatkan bumi. Sebuah konsep rumah yang dilandasi kesadaran maksimal atas kondisi bumi saat ini. Kebijaksanaan memperlakukan rumah seperti menyelamatkan bumi.

***

Dalam dunia arsitektur, aliran ini disebut sebagai “arsitektur hijau” (green architecture). Di dunia barat, catatan mengenai gerakan ini diawali oleh Ian McHarg, seorang arsitek lansekap asal Skotlandia pada 1969 lewat bukunya berjudul Design with Nature. Namun karya McHarg tidak secara detil menggambarkan penerapan konsep “hijau” dalam sebuah desain lingkungan dan bangunan.

Baru kemudian, Sim van der Ryn dan Sterling Bunnell, kelompok pengajar di Universitas Berkeley memulai eksperimen bangunan hijau melalui proyek Integral Urban House (1979). Disini prinsip-prinsip hijau mulai terungkap dalam dikotomi desain integral dan desain linier (keberlanjutan penggunaan energi).

No. Integral System Linear System
1. Energy flows through loops Energy flows along straight lines
2. Parts fit overlapping functions Parts are specialized modular components
3. Low entropy/high information High entropy/low information
4. Open system/closed loops Closed system/no loops
5. Memory stored diffusely Memory stored in centralized components
6. High rate of material recovery High rate of material loss
7. Multiple alternate channels Single channels
8. Little waste High waste
9. Self-regulating Imbalance passed along
10. Multipurpose Single purpose
11. Steady flow of energy Surging flow of energy
12. Diversity, complexity, stability Uniformity, simplicity, instability
13. High number of species Low number of species
14. Biomorphic aesthetic Linear aesthetic

Wacana McHarg juga mempengaruhi sayap-sayap desain ekologis lain seperti Anne Whiston Spirn (The Granite Garden – 1984) yang mengetengahkan prinsip komplementarian dalam desain, John dan Nancy Todd (Bioshelters, Ocean Arks and City Farming: Ecology as the Basis of Design – 1984) yang memformulaskan prinsip ekologi desain. Hassan Fathy (Natural Energy and Vernacular Architecture, 1986), Kenneth Yeang (Tropical Urban Regionalism – 1987) serta Team Zoo/Keiko Arimura-Hiroyasu Higuchi-Keichi Otake-Tsutomu Shigemura dan Reiko Tamida (Principles of Design – 1991).

Precepts of Biological Design (John & Nancy Todd)
1. The living world is the matrix of all design
2. Design should follow, not oppose the laws of life
3. Biological equity must determine design
4. Design must reflect bioregionality
5. Projects should be based on renewable energy sources
6. Design should be sustainable through the integration of living systems
7. Design should be coevolutionary with the natural world
8. Building and design should help heal the planet
9. Design should follow a sacred ecology

Kemudian ditegaskan oleh Robert dan Brenda Vale (Green Architecture, 1991) hingga akhirnya, disaripatikan oleh William McDonough (The Hannover Principles – 1992).

Six Principles of Green Architecture (Robert & Brenda Vale)
1. Conserving energy
2. Working with climate
3. Minimizing new resources
4. Respect for users
5. Respects for site
6. Holism

The Hanover Principles (William McDonough)
1. Insist on rights of humanity and nature to co-exist in a healthy, supportive, diverse and sustainable conditon
2. Recognize interdependence
3. Respect relationship
4. Accept responsibility for the consequence of design decisions
5. Create safe objects of long-term value
6. Eliminate the concepts of waste
7. Rely on natural energy flows
8. Understand the limitation of design
9. Seek constant improvement by the sharing of knowledge

Biasanya karya-karya mereka disebut green building atau green house. Yang menonjol dari bangunan mereka adalah penerapan teknologi high-end, seperti penggunaan tenaga surya atau angin sebagai pemasok listrik pada bangunan, atau jenis kaca jendela khusus yang dapat berperan aktif mengatur terik matahari, tidak memantulkan panas ke sekitar bangunan dan lainnya.

Sementara, Indonesia? Teknologi high-end untuk menciptakan rumah yang bisa merawat bumi, jelas sulit diterapkan. Alasannya apalagi kalau bukan ongkosnya terlalu mahal. Sehingga tak ada pilihan lain selain mengoptimalkan prinsip dasar arsitektur seperti penataan cahaya alami, sirkulasi udara alami dan beralih ke material non kayu atau meminimalisir penggunaan kayu.

***

Contoh nyata karya semacam ini ada pada sebuah rumah di depan Taman Tangkuban Perahu, dekat Pasar Rumput, arah ke Manggarai. Tepatnya di Kelurahan Guntur, Kecamatan Setiabudi, Jakarta Pusat. Rumah ini mendapatkan penghargaan IAI (Ikatan Arsitektur Indonesia) Award tahun 2006 lalu. Arsiteknya Adi Purnomo atau yang biasa dipanggil Mamo.

Meneladani kepedulian pada bumi atau arsitektur empatis ala Mamo sebenarnya tidak sulit. Pertama, optimalkan kaidah-kaidah fisika bangunan untuk menghemat energi, seperti ventilasi silang, kolam air penyejuk dan teritisan atap yang lebar. Hal ini berpengaruh menyejukkan ruangan sehingga meminimalisir penggunaan listrik. Pelajari pola sirkulasi angin dan orientasi cahaya matahari saat akan mendesain rumah. Sehingga kita tidak perlu sering-sering menggunakan kipas angin, AC dan lampu.

Kedua, optimalkan vegetasi pada site. Taati kaidah arsitektur dalam perbandingan minimal untuk 40 % ruang luar dan 60 % ruang dalam. Lebih bagus lagi jika halaman lebih luas dari bangunan. Jika memang terpaksa melebihi aturan etika ini, jalan keluarnya bisa meniru Mamo, yakni membuat atap beton berlapis rumput atau atap rumput. Jenis rumput yang umum biasanya rumput manila (Zoysia Matrella), rumput yang biasa digunakan pada lapangan sepak bola.

Bahkan, kita dapat menerapkan living wall atau dinding hidup, yakni menanami vegetasi secara vertikal di dinding. Caranya bisa menggunakan tanaman merambat atau meniru Mamo, yakni membuat “secondary skin”, dinding tanaman yang terbuat dari rak kayu sehingga memungkinkan meletakkan pot-pot tanaman perdu.

Asal tahu saja, setiap pohon besar mampu memproduksi 4580 kg oksigen per tahun. Sementara, manusia membutuhkan 2,9 kg oksigen per hari atau sekitar 1058,5 kg per tahun. Jika satu rumah berisi 4 orang maka dibutuhkan 4234 kg per tahunnya. Jadi menanam satu pohon besar di halaman rumah, sudah mencukupi kebutuhan oksigen dan kesegaran udara sepanjang tahun. Bahkan, setiap pohon yang ditanam memiliki kapasaitas mendinginkan udara yang setara dengan 5 unit AC yang dioperasikan selama 20 jam per hari.

Kalau perlu berdiskusi dengan ahli pertamanan untuk menentukan jenis tanaman yan tepat. Sebab, tanaman-tanaman tertentu secara alami dapat membantu persoalan manusia. Sebagai contoh misalnya tanaman lidah mertua atau ular-ularan (sanseveira) yang memiliki kemampuan menekan polusi udara terbaik saat ini. Daunnya yang panjang dan tebal terbukti mampu meresap asap rokok hingga asap knalpot. Untuk mengatasi gangguan serangga gunakan tanaman penghalau nyamuk seperti zodia, lavender dan geranium sebagai ganti obat nyamuk atau yang lebih agresif seperti kantung semar atau tanaman pemakan serangga lainnya.

Ketiga, meminimalisir penggunaan kayu. Yang terbaik sebenarnya kita beralih ke material non kayu namun keyakinan umum bahwa material kayu memberikan nuansa tropis dan menampilkan kesan “hommy” (rumahan, nyaman) memang sulit ditolak. Tanpa kayu, publik biasanya akan mengasosiasikan bangunan sebagai kantor, toko dan bukan rumah (house).

Berguru dari Mamo, semua pintu dan jendela sebenarnya bisa dibebaskan dari kusen. Sebagai gantinya digunakanlah sistem bukaan yang dibor langsung ke dinding. Sementara, untuk perabot-perabot yang berbahan kayu bisa diganti dengan menggunakan kayu olahan, kayu sisa atau bahkan bambu yang jumlahnya masih melimpah.

Keempat, hindari penggunaan bahan kimia dalam bangunan. Selain merusak lingkungan, pengaruhnya terhadap kesehatan penghuni juga kurang baik. Itu sebab mengapa Mamo, seringkali membiarkan beberapa dinding tidak dicat atau diganti dengan penutup batu alam.

Kelima, jangan lupa “menanam” air dan memperbaiki polutan rumah tangga. Bencana banjir belakangan ini meski tanggungjawab pemerintah, bisa dibantu dengan membuat sumur resapan dan mulai memisahkan jenis sampah kita. Lebih bagus lagi kalau kita bisa dan mau mengolah sampah kita menjadi kompos.



Mudah kan? Pengalaman saya menerapkan lima kiat ini bisa menekan anggaran biaya pembangunan normal 10 – 20 % (diluar pembuatan atap rumput). Sayangnya, saya baru bisa meyakinkan satu klien. Kebanyakan klien memang masih terpengaruh tren umum. Tapi, kalau bisa mempraktekkan paling tidak satu dari lima kiat tadi, beban rasa bersalah pada anak-cucu kita tentu berkurang.

***

Itu saja? Ya jelas tidak. Sehebat-hebatnya penciptaan rumah yang menyelamatkan bumi tidak akan menghentikan musuh-musuh bumi, seperti pembalak, pabrik-pabrik atau bahkan perang yang juga turut menghancurkan lingkungan. Jadi kita musti melawan mereka.

Inilah kiat keenam dan terakhir: lanjutkan dengan bergabung dengan aksi-aksi menyelamatkan bumi! Akhir kata, saya ucapkan: “Sampai jumpa di lokasi demonstrasi!”



Jakarta, Mei 2007


jm.



Sumber:
 Kopi Materi Presentasi WALHI berjudul “Hutan Alam Indonesia”, Rully Syumanda (Forest Campaign Walhi), 2007.
 Buku “Relativitas”, Adi Purnomo, Borneo Publication, 2005;
 Majalah Serial Rumah/Arsitektur, Cetakan I Maret 2007, “Kayu & Aplikasinya”, PT. Prima Indosarana Media;
 DVD (bajakan) berjudul “An Inconvenient Truth”, David Guggenheim, Lawrence Bender Production, 2006;
 Catatan pribadi, judul “Hijau – Dari Gerakan ke Desain Hingga Politiknya”, 2004
 dan lainnya.








SEBAGIAN BESAR BAHAN BAKU KERTAS ANDA ADALAH CURIAN

rully syumanda

Industri pulp dan kertas, termasuk salah satu sektor yang pertumbuhannya pesat. Pada 1987, total kapasitas produksi industri kertas tercatat baru sebesar 980.000 ton. Sepuluh tahun kemudian, tepatnya 1997, kapasitas produksinya telah melesat menjadi sebesar 7.232.800 ton.


Jika memperhitungkan rencana perluasan dan investasi baru pada 1998-2005, maka kapasitas produksi industr
i kertas sampai dengan akhir tahun 2005 dapat bertambah menjadi 13.696.170 ton.

Demikian juga halnya dengan industri pulp. Bila tahun 1987, kapasitas produksi industri pulp baru mencapai 515.000 ton, pada 1997, kapasitasnya telah meningkat menjadi 3.905.600 ton. Ditambahkan Togu, penambahan kapasitas produksi oleh industri pulp yang sudah ada dan adanya rencana investasi baru, periode tahun 2000 - 2005 akan menambah kapasitas produksi industri pulp pada akhir 2005 menjadi total 12.745.600 ton.

Dijelaskan, seiring dengan meningkatnya kapasitas produksi, ekspor pulp dan kertas Indonesia terus meningkat. Jika sebelumnya Indonesia selalu menjadi net importir pulp, maka sejak tahun 1995, Indonesia berbalik menjadi net eksportir pulp.

Harganya pun terus membaik. Bahkan, pernah industri ini dapat dianggap sebagai dewa penyelamat terutama bila dikaitkan dengan krisis harga kertas yang sering terjadi. Industri pulp dan kertas juga dapat diandalkan untuk meraup dolar. Karena itulah pemerintah telah mencanangkannya sebagai salah satu dari 10 komoditi andalan ekspor. Namun bila mengetahui dari mana asal-usul bahan baku pembuat kertas, maka ”wajah angker” industri pulp dan kertas akan terlihat jelas.

Menurut Togu, selama ini industri pulp dan kertas sepenuhnya menggunakan bahan baku dari hutan alam, sehingga menimbulkan kerusakan hutan yang sangat parah. Pembatasan penggunaan bahan baku kayu itu tambahnya, paling tidak bisa mengendalikan kerusakan hutan. Industri yang sebelumnya sangat leluasa membabat hutan, dapat ditekan.

Meski termasuk penghasil devisa cukup besar, tapi bila melihat asal muasal bahan bakunya, seperti siluman, yang tidak jelas asal usulnya. Ditengarai 80 persen bahan bakunya adalah curian yang berasal dari hutan alam. Kondisi demikian, masih berlangsung sampai sekarang,” ujar seorang pengamat kepada SH.

Sangat Kecil
Kecurigaan itu sangat beralasan mengingat produksi HTI tidak kurang dari 10 juta m kubik yang tentu saja sangat kecil dibandingkan kebutuhan industri. Sejak 1990 dikatakan, pemerintah sudah mendorong pembangunan HTI untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri pulp dan kertas terutama HTI-pulp.

Namun, industri pulp dan kertas telah beroperasi sebelum HTI ditanam. Akibatnya, hutan alam yang telah lama mengalami over eksploitasi juga menjadi tumpuan utama sumber bahan baku industri pulp dan kertas.

Ribut-ribut industri pulp dan kertas akan kekurangan bahan baku, menurutnya bisa diatasi dengan impor bahan baku. Negara produsen kayu saat ini sedang mengalami booming produksi. Dipastikan industri dalam negeri tidak akan mengalami kekurangan pasokan. Selain itu, produksi dalam negeri masih mampu bersaing di pasar internasional meski harga bahan baku impor lebih mahal. “Saya tidak heran apabila pengusaha menolak impor, karena mereka selama ini memang sangat dimanjakan. Pengusaha hanya tidak ingin keuntungannya berkurang,” tegas Togu seraya menambahkan, negara-negara lain penghasil pulp dan kertas juga menggunakan bahan baku
impor dan terbukti masih mampu menjadi eksportir besar.

Sementara itu, Ketua Umum Badan Revitalisasi Kehutanan (BRIK), Soewarni mengatakan, selama ini pemerintah tidak pernah menutup kran impor bahan baku kayu. Pengusaha dapat melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan bahan baku kayu kapan saja. Hanya saja diakui, pengusaha tidak mau mengimpor dengan alasan lebih mahal.
“Pemerintah saat ini mengusahakan stimulus agar harga kayu impor tidak terlalu mahal. Sedang diupayakan pengurangan bea masuk maupun pajak,” kata Soewarni.

Selain itu menurutnya, kekurangan bahan baku kayu ini bisa diatasi dengan memanfaatkan hasil HTI perusahaan lain. Soalnya, industri pulp dan kertas tidak harus memakai kayu berdiameter besar, bisa dengan kayu berdiameter kecil. Namun, diakui kendala jarak antara pemilik HTI sangat jauh. Di satu sisi bisa lebih menguntungkan impor daripada harus membeli dari HTI lain.

KEHABISAN NAFAS KARENA GAS

Rully Syumanda

Gemuruh suara mesin tidak lagi terdengar. Cerobong-cerobong raksasa berhenti mengepulkan asap. Sudah hampir sebulan lebih dua pabrik pupuk, Asean Aceh Fertilizer dan Pupuk Iskandar Muda I, serta pabrik Kertas Kraft Aceh berhenti beroperasi.

Ketiga kilang ini menjadi mandul lantaran ditutupnya keran Gas dari ExxonMobil Indonesia. Padahal gas merupakan bahan baku utama pembuat pupuk. Tidak kurang dari Direktur Utama Pupuk Iskandar Muda I, Hidayat Nyakman, menyebutkan bahwa pihaknya merugi hingga Rp. 300 Milyar akibat terhentinya pasokan gas tersebut.

Kondisi lebih parah dialami oleh Asean Aceh Fertilizer. Direktur Tehnik dan Penelitian Ali Gadeng menyebutkan bahwa bila mesin tidak kunjung beroperasi maka perusahaannya hanya mampu bertahan hingga empat bulan. Hal ini dikarenakan setiap bulannya pabrik harus mengeluarkan uang senilai Rp. 8 milyar untuk biaya karyawan dan perawatan lainnya.

Cadangan gas di Serambi Mekah tersebut memang semakin menipis setelah disedot habis-habisan sejak 1978 silam. Kandungan yang terdapat dalam setiap reservoirnya terus mengalami penurunan secara alami. Kegiatan ExxonMobil, yang mengelola ladang-ladang gas di Arun, pun terpaksa menciut. Semula mereka mengoperasikan 6 train untuk memompa gas dari perut bumi. Namun mulai tahun ini mereka hanya mengoperasikan tidak lebih dari 4 train. Tahun depan bisa jadi menurun hingga 2 train sampai dengan 2014 dimana diperkirakan cadangan gas di Arun diperkirakan habis.

Adapun gas yang tersisa saat ini diprioritaskan unuk memenuhi kontrak dengan pembeli luar negeri, terutama dari Koreadan Jepang. Itulah yang membuat kilang-kilang lokal kehabisan nafas. Brengseknya, ExxonMobil Indonesia tidak bisa digugat lantaran kontrak dengan pabrik-pabrik tersebut resminya memang sudah berakhir.

Kontrak dengan Pupuk Iskandar Muda I sudah berakhir tahun lalu. Sedangkan perjanjian dengan Asean Aceh Fertilizer sudah berakhir tahun sebelumnya. Dengan Pupuk Iskandar Muda II malah belum ada kontrak sama sekali.

Selama ini juga diketahui bahwa ExxonMobil Indonesia memberikan harga obral kepada kilang lokal. Rata-rata harga jual gasnya Cuma US$ 1,3 - US$ 1,8 per million thermal unit (mBtu). Padalah lagi di pasar international harganya leih mahal dua kali lipat, mencapai US$ 4,5 - US$ 5 per mBtu. Mungkin inilah yang menyebabkan perusahaan ini luput dari teguran pemerintah karena hanya menjual 17% dari jumlah produksinya kepada pasar domestik. Jauh dibawah ketentuan pemerintah yang mensyaratkan 25% untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik.

Untuk memenuhi kebutuhan pabrik tersebut, pemerintah mengambil kebijakan untuk mengambil 75 juta kubik gas dari Arun yang sesuai kontrak mestinya dikirim ke luar negeri. Sedangkan untuk pemenuhan kontrak ekspor pemerintah membeli kargo gas dari luar negeri yang berasal dari Oman.

seharga US$ 6 per mBtu. Jauh diatas rata-rata harga yang berlaku di pasar international. Otomatis, untuk mengganti kontrak dengan buyers di luar negeri, pemerintah harus menyediakan rupiah senilai Rp. 360 milyar. Belum dilakukan perhitungan berapa prediksi keuntungan yang dapat diperoleh dengan bahan baku utama sedemikian mahal

Sebagai perbandingan, tahun 2002 Pupuk dengan harga gas ketika itu US$ 1.85 per mBtu dan dengan kebutuhan 6 kargo gas setiap tahunnya, PIM I mampu memproduksi 800 ribu ton urea setiap tahunnya plus produksi sampingan berupa amonia mencapai 330 ribu ton pertahun. Total nilai yang dibukukan setelah dipotong biaya gaji karyawan, pemeliharaan pabrik dan ongkos produksi lainnya seharusnya mencapai 780 milyar. Anehnya, dalam catatan pemerintah keuntungan yang dibukukan hanya senilai Rp. 53,7 milyar. Begitu kecil dan begitu tidak efisien.

Padahal lagi dengan hitungan paling kasar sekalipun, dengan harga gas US$ 2,5 per mBtu dan dengan kebutuhan kargo, jumlah produksi urea dan produk sampingan Amonia yang sama, seharusnya PIM I sudah membukukan keuntungan lebih dari Rp. 345 milyar.

Sepertinya perusahaan plat merah milik pemerintah ini harus menyesuaikan diri dengan zaman apabila tidak mau kedodoran terus menerus.

Disamping masalah inefisiensi tersebut diatas, ada lagi masalah yang cukup menghantui bila ketiadaan gas tidak mampu dipenuhi oleh ketiga kilang tersebut. Seperti diketahui Asean Aceh Fertilizer dan Pupuk Iskandar Muda I menyumbang penerangan bagi 32 desa disekitarnya. Mereka juga menyuplai pupuk bagi 3.200 peternak disekitarnya dengan kebutuhan mencapai 65 ribu ton setiap tahunnya.

Bila selama ini peternak cukup mengeluarkan uang Rp. 1.000 per kilogramnya, otomatis dengan kelangkaan pupuk yang terjadi, peternak harus mengeluarkan uang ekstra mencapai 19 milyar pertahunnya karena mereka harus “mengimpor” pupuk dari luar yang berarti harus menambah ongkos transportasi dsb yang mencapai Rp. 300 perkg-nya.

Impak dari penutupan ketiga industri ini juga menimbulkan dampak berganda. Ketiadaan penerangan otomatis mempengaruhi produksi manusia dan aktivitas sehari-hari. Mengacu pada tabel produksi Aceh Dalam Angka 2002, multiplier effect yang ditimbulkan, pada ambang bawah senilai Rp. 1, 75 triliun dan ambang atas senilai Rp. 2,31 triliun. Ini hanya dilihat pada dampak yang ditimbulkan di 32 desa yang ada.

Bila diprediksi bahwa ketiga industri tersebut harus memotong jumlah karyawannya, otomatis angka pengangguran usia produktif akan bergerak menuju 38% pertahun untuk skala nasional atau 24% pertahun untuk skala lokal. Ini belum lagi menilai kemungkinan terburuk dimana ketiga industri ini harus kolaps karena ketiadaan bahan baku utama produksi yang menurut hemat saya akan menimbulkan inefisiensi yang luar biasa bila harus mengganti dengan bahan baku utama lain selain gas. Dan kita mengobral gas ke negara luar sementara industri dalam negeri kehabisan nafas kekurangan gas. rullysyumanda